ps3black
27th May 2012, 07:27 PM
permisi gan,ane mau share kisah nyata ade gw tentang sebuah arti cita2,kebetulan dya penulis gan,ini kisah nya gan:
Cita-cita gue dulu. Hemmp �mikir�
Gue inget ketika dulu enggak ada salah satu cita-cita gue pengen jadi penulis. Dari kecil hingga saat ini cita-cita gue selalu saja berubah-rubah pengen jadi Presiden, Professor, Polisi, Tukang Batagor, Tukang Cimol.
Apa kalian sadar bahwa cita-cita yang kita harapkan, dapat menuntun kita untuk menggapainya?
Waktu gue SD gue pernah punya cita-cita jadi seorang professor. Kalian pasti tau kan professor itu peneliti, bagi yang enggak tau bisa cari informasi tentang professor di internet.
Mereka melakukan eksperimen dan selalu ingin tahu. Dulu gue suka banget melakukan eksperimen-eksperimen, walaupun eksperimen gue enggak ada satu pun yang berhasil. Tapi itu enggak membuat gue putus asa. Ketika lagi musim Tamiya, tau tamiya kan? Ituloh temennya power rangers. �Lho?� Bukan bego, tamiya itu adalah mobil balap kecil yang rodanya ada empat. Emang mobil ada yang rodanya dua yah Pokonya tamiya itu semacam mobil mainanlah.
Setiap gue punya tamiya baru pasti selalu gue bongkar pasang dan gue modif �kurang nyambung�. Setelah tamiya gue modif pasti tamiya itu gue taro di atas lemari, berjajar dengan tamiya lainnya yang rusak.
Akhirnya gue enggak boleh ngotak-ngatik kalo punya tamiya baru lagi. Bukan hanya tamiya saja benda elektronik mana pun pasti rusak sama gue.
Dulu waktu gue kecil nyokap dan bokap lagi nonton tipi berdua. Tiba-tiba dari arah utara gue datang dengan berlari-lari ke arah tipi dan menempelkan sebuah medan magnet ke layar tipi dan bilang �Mah liat tipinya berubah warna, hebat kan'. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya diam dan memandang wajah gue dengan tajam, seperti harimau yang akan menerkam mangsanya. Tipi itu akhirnya rusak dan di service. Intinya : Sesuatu yang kita anggap hebat, di mata orang itu di anggap buruk
Kembali ke permasalahan cita-cita tadi. Ketika kita kecil kita selalu ditanya sama orang lain.
�Apa cita-cita kamu?�
�Mau jadi apa kamu kalo udah gede?�
�Udah ee belum?� �Lho ko?�
Ketika di TK gue suka jawab �Aku mau jadi Spiderman�
Naik tingkat SD gue suka jawab �Mau jadi professor�
Naik tingkat SMP gue suka jawab �Mau jadi orang sukses�
Ketika gue mau keluar SMA, Di tanya Kamu mau jadi apa? Enggak jelas ketika itu gue mau jadi apa. Gue bingung saat-saat seperti itu gue enggak mau meninggalkan masa-masa putih abu karena di masa itu banyak kenang-kenangan yang tersirat maupun tersurat, tapi mau bagaimana lagi kita harus beranjak dari tempat kita karena perjalanan hidup kita harus terus kita jalani.
Kita harus meraih cita-cita kita, tapi yang pasti gue enggak akan mungkin bisa menjadi Spiderman. Karena gue enggak bisa ngeluarin jaring dari tangan gue, yang bisa gue keluarin adalah upil itu juga lewat hidung bukan lewat tangan.
Kadang sikap dan perilaku kita mencerminkan cita-cita apa yang ingin kita raih.
Seperti misalnya kita mau jadi polisi, kita sering melerai teman-teman kita yang berkelahi atau misalnya kita mau jadi hakim pengadilan kita jadi sering memiliki sifat jujur, adil, dan tegas dalam menghadapi suatu masalah.
Gue masih bingung, gimana kalo gue mau jadi Superman. Apa gue harus pake sempak(celana dalam) di luar celana saat bepergian kemana-kemana? Atau gue harus bisa terbang kaya Superman yang artinya gue harus nekad lompat dari atas atap rumah ke rumah tetangga gue.
Yang jelas gue pengen jadi orang sukses supaya bisa ngebahagiain orang tua gue.
Untung gue enggak pernah punya cita-cita jadi poto model, soalnya gue takut kalo entar poto gue malah jadi model cover yasin atau model majalah playboy. Kan enggak banget masa nama udah bagus-bagus Eldo Ricardo jadi model majalah porno. �benerin poni�
Cita-cita gue sebelum pengen jadi penulis, gue pengen jadi vokalis.
Tapi apa daya suara gue yang jelek ini?
lanjutan nya dibawah gan
</div>
Cita-cita gue dulu. Hemmp �mikir�
Gue inget ketika dulu enggak ada salah satu cita-cita gue pengen jadi penulis. Dari kecil hingga saat ini cita-cita gue selalu saja berubah-rubah pengen jadi Presiden, Professor, Polisi, Tukang Batagor, Tukang Cimol.
Apa kalian sadar bahwa cita-cita yang kita harapkan, dapat menuntun kita untuk menggapainya?
Waktu gue SD gue pernah punya cita-cita jadi seorang professor. Kalian pasti tau kan professor itu peneliti, bagi yang enggak tau bisa cari informasi tentang professor di internet.
Mereka melakukan eksperimen dan selalu ingin tahu. Dulu gue suka banget melakukan eksperimen-eksperimen, walaupun eksperimen gue enggak ada satu pun yang berhasil. Tapi itu enggak membuat gue putus asa. Ketika lagi musim Tamiya, tau tamiya kan? Ituloh temennya power rangers. �Lho?� Bukan bego, tamiya itu adalah mobil balap kecil yang rodanya ada empat. Emang mobil ada yang rodanya dua yah Pokonya tamiya itu semacam mobil mainanlah.
Setiap gue punya tamiya baru pasti selalu gue bongkar pasang dan gue modif �kurang nyambung�. Setelah tamiya gue modif pasti tamiya itu gue taro di atas lemari, berjajar dengan tamiya lainnya yang rusak.
Akhirnya gue enggak boleh ngotak-ngatik kalo punya tamiya baru lagi. Bukan hanya tamiya saja benda elektronik mana pun pasti rusak sama gue.
Dulu waktu gue kecil nyokap dan bokap lagi nonton tipi berdua. Tiba-tiba dari arah utara gue datang dengan berlari-lari ke arah tipi dan menempelkan sebuah medan magnet ke layar tipi dan bilang �Mah liat tipinya berubah warna, hebat kan'. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya diam dan memandang wajah gue dengan tajam, seperti harimau yang akan menerkam mangsanya. Tipi itu akhirnya rusak dan di service. Intinya : Sesuatu yang kita anggap hebat, di mata orang itu di anggap buruk
Kembali ke permasalahan cita-cita tadi. Ketika kita kecil kita selalu ditanya sama orang lain.
�Apa cita-cita kamu?�
�Mau jadi apa kamu kalo udah gede?�
�Udah ee belum?� �Lho ko?�
Ketika di TK gue suka jawab �Aku mau jadi Spiderman�
Naik tingkat SD gue suka jawab �Mau jadi professor�
Naik tingkat SMP gue suka jawab �Mau jadi orang sukses�
Ketika gue mau keluar SMA, Di tanya Kamu mau jadi apa? Enggak jelas ketika itu gue mau jadi apa. Gue bingung saat-saat seperti itu gue enggak mau meninggalkan masa-masa putih abu karena di masa itu banyak kenang-kenangan yang tersirat maupun tersurat, tapi mau bagaimana lagi kita harus beranjak dari tempat kita karena perjalanan hidup kita harus terus kita jalani.
Kita harus meraih cita-cita kita, tapi yang pasti gue enggak akan mungkin bisa menjadi Spiderman. Karena gue enggak bisa ngeluarin jaring dari tangan gue, yang bisa gue keluarin adalah upil itu juga lewat hidung bukan lewat tangan.
Kadang sikap dan perilaku kita mencerminkan cita-cita apa yang ingin kita raih.
Seperti misalnya kita mau jadi polisi, kita sering melerai teman-teman kita yang berkelahi atau misalnya kita mau jadi hakim pengadilan kita jadi sering memiliki sifat jujur, adil, dan tegas dalam menghadapi suatu masalah.
Gue masih bingung, gimana kalo gue mau jadi Superman. Apa gue harus pake sempak(celana dalam) di luar celana saat bepergian kemana-kemana? Atau gue harus bisa terbang kaya Superman yang artinya gue harus nekad lompat dari atas atap rumah ke rumah tetangga gue.
Yang jelas gue pengen jadi orang sukses supaya bisa ngebahagiain orang tua gue.
Untung gue enggak pernah punya cita-cita jadi poto model, soalnya gue takut kalo entar poto gue malah jadi model cover yasin atau model majalah playboy. Kan enggak banget masa nama udah bagus-bagus Eldo Ricardo jadi model majalah porno. �benerin poni�
Cita-cita gue sebelum pengen jadi penulis, gue pengen jadi vokalis.
Tapi apa daya suara gue yang jelek ini?
lanjutan nya dibawah gan
</div>