ps3black
27th May 2012, 07:09 PM
sebelumnya terimaksih agan & sista sudah mau mampir ke ke thread ane.. :shakehand:
semoga thread ane bermanfaat dan dikasih
:rate5 :rate5 :rate5
langsung aja ke TKP :tank2:
Dalam perkembangan sejarah, istilah �filsafat�, �falsafah�, atau �filosofi� ternyata dipakai dengan arti yang beraneka ragam. Bagi orang-orang Yunani Kuno, filsafat secara harfiah berarti �cinta kepada kebijaksanaan�, namun pada masa sekarang istilah ini digunakan dalam banyak konteks. �Mempunyai falsafah� bisa diartikan mempunyai suatu pandangan, seperangkat pedoman hidup, ataupun nilai-nilai tertentu.
Dalam penggunaan yang lain, kadang kala filsafat secara keliru dihubungkan dengan okultisme seperti astrologi dan klenik. Orang-orang bisnis dan politik tidak jarang menggunakan istilah �kebijakan ekonomi� dan �filsafat ekonomi� secara rancu. Bahkan, banyak orang menganggap bahwa suatu filsafat tidak lebih dari keyakinan atau pendapat pribadi belaka.
Banyak juga yang mengasosiasiakan filsafat dengan studi humaniora saja, tanpa menyadari bahwa di dalam matematika dan ilmu pengetahuan lainnya pun terkandung permasalahan filsafat. Namun, permasalahan filsafat umumnya tidak dapat dipecahkan oleh sains dan logika awam (common sense) saja. Fakta-fakta ilmiah dan pengalaman-pengalaman pribadi sering memainkan peranan penting dalam penyelidikan filsafat.
Perhatian utama para filsuf adalah bagaimana memahami permasalahan filsafat dan menemukan jawabannya, entah apapun manfaat praktisnya. Pada umumnya, para filsuf setuju bahwa upaya mencari dan mencapai pengetahuan itu sendiri merupakan tujuan yang penting.
Bagi banyak orang, pertanyaan �Untuk apa berfilsafat?� menyiratkan suatu kepentingan praktis, yaitu �Apa manfaat filsafat untukku, selain pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri?� Ada sebuah pertanyaan yang juga praktis untuk pertanyaan itu. Keterlibatan kita secara kritis dalam filsafat dapat mengubah keyakinan-keyakinan dasar kita, termasuk sistem nilai yang kita miliki dan bagaimana kita memandang dunia secara umum.
Perubahan sistem nilai atau pun pandangan-dunia kita itu dapat mengubah perspektif kebahagiaan kita, tujuan yang hendak kita kejar dalam profesi kita, atau sekedar gaya hidup kita. Namun, manfaat-manfaat itu lebih merupakan hasil sampingan saja, bukan tujuan yang spesifik dari kajian filsafat.
�Untuk apa berfilsafat?� atau �Mengapa berfisafat?� mungkin juga dijawab begini: �karena pada suatu saat Anda secara tidak sadar sudah bergelut dengan suatu permasalahan filsafat, yang dengan sendirinya jadi bahan pemikiran anda.� Meskipun Anda tidak memiliki minat untuk belajar filsafat, kadang ada masalah-masalah filsafat yang mau tak mau menarik perhatian Anda. Masalah persisnya tentu berbeda dengan orang yang satu dengan orang yang lain.
Anda mungkin akan terserap dalam suatu permasalahan filsafat walaupun persoalan yang dibahas kelihatannya sama sekali tidak �filosofis�. Entah Anda seorang mahasiswa filsafat atau bukan, Anda dapat saja terbawa ke arah pemikiran filsafat. Ringkasnya, setiap orang pasti menyimpan asumsi-asumsi atau keyakinan-keyakinan filsafat.
Untuk memberikan gambaran, mari kita lihat bagaimana orang-orang yang bukan filsuf dapat terbawa kepada pemikiran filsafat, biasanya melalui persoalan-persoalan yang secara langsung relevan dengan kepentingan mereka. Misalnya seorang ahli bahasa, dalam penyelidikannya tentang bagaimana bahasa membentuk pandangan kita terhadap dunia, menyatakan bahwa tidak ada satu �kenyataan sejati� karena semua pandangan mengenai kenyataan dikondisikan dan dicabeinsi oleh bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pandangan-pandangan itu.
Atau seorang komisaris daerah, ketika harus menentukan peraturan baru mengenai pembatasan wilayah, mulai bertanya-tanya, apakah akibat atau maksud (atau keduanya) yang menyebabkan peraturan itu diskriminatif. Bahkan seorang psikolog aliran behaviorisme, yang semakin berhasil memprediksikan perilaku manusia, masih bertanya-tanya, adakah tindakan manusia yang dapat dikatakan �bebas�.
Begitupun dengan seorang neuropsikolog yang sedang meneliti korelasi antara fungsi-fungsi tertentu otak manusia dan rasa sakit, mulai sangsi, apakah �akal budi� sungguh berbeda dengan otak. Sama halnya dengan seorang teolog, setelah kalah perang melawan sains mengenai arti harfiah alam semesta (atau �kenyataan�), terpaksa harus merumuskan kembali seluruh tujuan dan cakupan teologi tradisional.
Contoh tersebut masih bisa kita tambah dengan sekian banyak contoh lain. Yang terpenting, Anda sudah dapat melihat bahwa ketika dihadapkan dengan suatu persoalan yang relevan, bahkan orang yang bukan filsuf pun sangat mungkin tergiring masuk ke dalam suatu pemikiran filsafat. Jika orang yang bukan filsuf itu tetap tidak dapat melihat pentingnya tujuan bidang filsafat, cobalah mengajukan suatu permasalahan filsafat yang secara khusus berkaitan dengan minat atau kepentingannya. Ketika ia menguji kemungkinan-kemungkinan jawaban atas permasalahannya, mungkin ia akan menemukan kecenderungan atau ketertarikan pada suatu tesis filsafat tertentu.
[/quote][quote]
cape gan bikin thread, TS aus..
boleh lah dikasih
:melonndan: :melonndan: :melonndan:
</div>
semoga thread ane bermanfaat dan dikasih
:rate5 :rate5 :rate5
langsung aja ke TKP :tank2:
Dalam perkembangan sejarah, istilah �filsafat�, �falsafah�, atau �filosofi� ternyata dipakai dengan arti yang beraneka ragam. Bagi orang-orang Yunani Kuno, filsafat secara harfiah berarti �cinta kepada kebijaksanaan�, namun pada masa sekarang istilah ini digunakan dalam banyak konteks. �Mempunyai falsafah� bisa diartikan mempunyai suatu pandangan, seperangkat pedoman hidup, ataupun nilai-nilai tertentu.
Dalam penggunaan yang lain, kadang kala filsafat secara keliru dihubungkan dengan okultisme seperti astrologi dan klenik. Orang-orang bisnis dan politik tidak jarang menggunakan istilah �kebijakan ekonomi� dan �filsafat ekonomi� secara rancu. Bahkan, banyak orang menganggap bahwa suatu filsafat tidak lebih dari keyakinan atau pendapat pribadi belaka.
Banyak juga yang mengasosiasiakan filsafat dengan studi humaniora saja, tanpa menyadari bahwa di dalam matematika dan ilmu pengetahuan lainnya pun terkandung permasalahan filsafat. Namun, permasalahan filsafat umumnya tidak dapat dipecahkan oleh sains dan logika awam (common sense) saja. Fakta-fakta ilmiah dan pengalaman-pengalaman pribadi sering memainkan peranan penting dalam penyelidikan filsafat.
Perhatian utama para filsuf adalah bagaimana memahami permasalahan filsafat dan menemukan jawabannya, entah apapun manfaat praktisnya. Pada umumnya, para filsuf setuju bahwa upaya mencari dan mencapai pengetahuan itu sendiri merupakan tujuan yang penting.
Bagi banyak orang, pertanyaan �Untuk apa berfilsafat?� menyiratkan suatu kepentingan praktis, yaitu �Apa manfaat filsafat untukku, selain pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri?� Ada sebuah pertanyaan yang juga praktis untuk pertanyaan itu. Keterlibatan kita secara kritis dalam filsafat dapat mengubah keyakinan-keyakinan dasar kita, termasuk sistem nilai yang kita miliki dan bagaimana kita memandang dunia secara umum.
Perubahan sistem nilai atau pun pandangan-dunia kita itu dapat mengubah perspektif kebahagiaan kita, tujuan yang hendak kita kejar dalam profesi kita, atau sekedar gaya hidup kita. Namun, manfaat-manfaat itu lebih merupakan hasil sampingan saja, bukan tujuan yang spesifik dari kajian filsafat.
�Untuk apa berfilsafat?� atau �Mengapa berfisafat?� mungkin juga dijawab begini: �karena pada suatu saat Anda secara tidak sadar sudah bergelut dengan suatu permasalahan filsafat, yang dengan sendirinya jadi bahan pemikiran anda.� Meskipun Anda tidak memiliki minat untuk belajar filsafat, kadang ada masalah-masalah filsafat yang mau tak mau menarik perhatian Anda. Masalah persisnya tentu berbeda dengan orang yang satu dengan orang yang lain.
Anda mungkin akan terserap dalam suatu permasalahan filsafat walaupun persoalan yang dibahas kelihatannya sama sekali tidak �filosofis�. Entah Anda seorang mahasiswa filsafat atau bukan, Anda dapat saja terbawa ke arah pemikiran filsafat. Ringkasnya, setiap orang pasti menyimpan asumsi-asumsi atau keyakinan-keyakinan filsafat.
Untuk memberikan gambaran, mari kita lihat bagaimana orang-orang yang bukan filsuf dapat terbawa kepada pemikiran filsafat, biasanya melalui persoalan-persoalan yang secara langsung relevan dengan kepentingan mereka. Misalnya seorang ahli bahasa, dalam penyelidikannya tentang bagaimana bahasa membentuk pandangan kita terhadap dunia, menyatakan bahwa tidak ada satu �kenyataan sejati� karena semua pandangan mengenai kenyataan dikondisikan dan dicabeinsi oleh bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pandangan-pandangan itu.
Atau seorang komisaris daerah, ketika harus menentukan peraturan baru mengenai pembatasan wilayah, mulai bertanya-tanya, apakah akibat atau maksud (atau keduanya) yang menyebabkan peraturan itu diskriminatif. Bahkan seorang psikolog aliran behaviorisme, yang semakin berhasil memprediksikan perilaku manusia, masih bertanya-tanya, adakah tindakan manusia yang dapat dikatakan �bebas�.
Begitupun dengan seorang neuropsikolog yang sedang meneliti korelasi antara fungsi-fungsi tertentu otak manusia dan rasa sakit, mulai sangsi, apakah �akal budi� sungguh berbeda dengan otak. Sama halnya dengan seorang teolog, setelah kalah perang melawan sains mengenai arti harfiah alam semesta (atau �kenyataan�), terpaksa harus merumuskan kembali seluruh tujuan dan cakupan teologi tradisional.
Contoh tersebut masih bisa kita tambah dengan sekian banyak contoh lain. Yang terpenting, Anda sudah dapat melihat bahwa ketika dihadapkan dengan suatu persoalan yang relevan, bahkan orang yang bukan filsuf pun sangat mungkin tergiring masuk ke dalam suatu pemikiran filsafat. Jika orang yang bukan filsuf itu tetap tidak dapat melihat pentingnya tujuan bidang filsafat, cobalah mengajukan suatu permasalahan filsafat yang secara khusus berkaitan dengan minat atau kepentingannya. Ketika ia menguji kemungkinan-kemungkinan jawaban atas permasalahannya, mungkin ia akan menemukan kecenderungan atau ketertarikan pada suatu tesis filsafat tertentu.
[/quote][quote]
cape gan bikin thread, TS aus..
boleh lah dikasih
:melonndan: :melonndan: :melonndan:
</div>