Log in

View Full Version : Iwak Peyek pun Tidak Menolong Tebu


rumahmenteng
27th May 2012, 07:02 PM
SAYA tertegun ketika berkunjung ke Pabrik Gula Madu Kismo, Jogjakarta, Minggu pagi kemarin. Terutama ketika melihat ada crane baru di situ. �Baru beli crane ya?� sapa saya kepada Ir Putu Aria Wangsa, Kabag Instalasi, yang mendampingi saya naik turun tangga di pabrik gula itu.



Crane pengangkat tebu ke mesin penggilingan itu memang terlihat masih baru. Catnya yang kuning mengkilap terasa kontras dengan mesin-mesin lain di sekitarnya yang sudah tampak karatan. �Itu bukan baru, Pak. Itu crane Ayu Azhari,� jawab Putu sambil terlihat menahan tawa.



Semula saya kurang paham apa maksudnya. Tapi, tawa saya segera meledak ketika Putu menyebut isi Manufacturing Hope 25 yang saya tulis pekan lalu: peralatan pabrik yang tua-tua pun akan kelihatan ayu dan rapi kalau dirawat dengan baik. �Setelah membaca Manufacturing Hope itu kami langsung bersihkan dan mengecat crane itu,� tambahnya.



Memang pabrik-pabrik gula milik BUMN umumnya luar biasa kotor dan semrawut. Besi-besi tua berserakan di mana-mana, termasuk di dalam pabrik dan di sekitar mesin. Atap-atap bolong terlihat di seluruh pabrik. Dinding-dindingnya banyak yang compang-camping. Gundukan berbagai material terlihat di berbagai sudut halaman muka dan belakang. Besi-besi karatan mendominasi pemandangan.



Pabrik Gula Madu Kismo yang didirikan pada 1955 termasuk yang paling muda di jajaran pabrik gula BUMN. Juga termasuk yang masih relatif bersih dan teratur dibanding 52 pabrik lainnya. Tapi, tetap saja terasa seperti horor. Padahal, biarpun tua, kalau dirawat dengan baik, pasti berbeda penampilannya. Apalagi, ini pabrik yang mengolah makanan, yang seharusnya identik dengan kebersihan dan keindahan.



baca lebih lanjut (http://kickdahlan.wordpress.com/2012/05/14/iwak-peyek-pun-tidak-menolong-tebu/)

</div>