rajamacan
27th May 2012, 06:33 PM
Teruslah berjuang saudaraku, biarkan caci maki jadi api Semangatmu !!!
Tulisan ini terinspirasi oleh perdebatan tentang tim sar bencana Sukhoi di kaskus ini...
masih ribut nyalahin tim sar ya...
gak papalah, selama saya jadi relawan memang banyak dan dah biasa dihujat kok,
cuman seharusnya kita gak asal hujat aja, ada baiknya kritik atau hujatan itu juga diikuti oleh saran atau analisa yang mendasar sehingga berguna kedepannya. dan datanya bisa dipertanggungjawabkan. kalo dh begitu kita bisa berdebat dan berdiskusi dengan lebih sehat.
tidak mudah menjadi penonton untuk sebuah bencana dimana kita berharap mereka segera ditolong,sementara kita melihat para penolong kayaknya ogah ogahan. hingga akhirnya kita terkadang jadi menyalahkan sekitar kita
tidak mudah menjadi keluarga korban yang kita berharap agar sanak saudara kita segera ditolong, sementara kita menyaksikan berita simpang siur tentang kondisi sanak saudara kita tsb, hingga akhirnya kitapun jadi kepikiran kok timsarnya lambat menolongnya,
Tidak mudah menjadi penolong/relawan /tim sar : dimana kita telah berjuang habis habisan untuk berusaha menolong atau menuju lokasi kejadian , kadang harus merambah hutan semak belukar yang berduri, hujan badai, gunung yang kemiringannya hampir 90 derjat, kaki telah tertusuk duri , tangan telah luka luka, tenaga telah terkuras, . sementara orang lain menilai kerja kita lambat, sementara orang berharap lebih, seolah olah bagi mereka sampai ditujuan cukup dengan membalikan telapak tangan.
tidak mudah menjadi korban bencana, menunggu bantuan dalam keputusasaan, kondisi tubuh yang terluka, mental yang down, tanpa tau kapan pertolongan itu datang.
namun yang pasti bagi para relawan /tim sar, bukanlah soal pujian atau bayaran yang diharapkan , tapi bagaimana sebisa mungkin memberikan pertolongan terhadap sesama. berangkat atas dasar keikhlasan untuk berusaha menolong sesama, walau kadang harus kluar modal sendiri.
kesedihan dan kepahitan tim sar bukanlah karna dicaci maki atau dihina tapi kesedihan ketika tidak mampu menyelamatkan korban yang masih mungkin diselamatkan , atau membawa pulang jasad yangtidak dapat dibawa pulang
kebanggan dan penghargaan tertinggi tim sar bukanlah pada pujian dan bayaran yang di dapat, tapi ketika keluarga korban tersenyum ketika saudaranya terselamatkan atau ketika keluarga korban berkata:
"terima kasih telah membawa anakku pulang, walau sudah tak bernyawa, tapi setidaknya aku tau nasibnya,masih bisa melihatnya untuk terakhir kalinya, dan menguburkannya dengan tangan ku sendiri",
kebahagiaan dan kebanggaan yang tidak bisa dibayar dengan apapun. biarlah Aceh, Padang, mentawai, jogja, situ gintung, gunung gunung dan laut serta wilayah wilayah yang pernah dilanda bencana yang jadi saksi seperti apa kita berbuat, seperti apa kita berusaha menolong saudara kita, cukuplah mereka saksi perjuangan kita............
tulisan ini diperuntukan buat saudara2ku yang memilih menjadi relawan sar, pergi menolong karna panggilan jiwa, bukan karna berharap bayaran gede. buat saudaraku yang selalu hadir dimanapun ada bencana di negeri ini, seolah olah setelah sekian kali ada bencana, kita seperti reunian....
berjuang tanpa dibayar, terjun dengan modal sendiri....
tulisan ini untuk saudaraku yang saat ini meninggalkan kerja, kuliah, keluarga, kantor, lembaga, instansi dan memilih menyandang kerel seberat 20 kg, bersepatu pdl, topi rimba menempuh jalan setapak, semak belukar penuh duri, merambah lebatnya hutan, mendaki dan menuruni terjalnya gunung dan lembah. memilih menyandang tandu di terjalnya jurang tidur berselimut embun, daripada tidur enak dirumah.
Tulisan ini buat saudaraku yang hati,fikiran dan telinganya selalu terusik ketika mendengar bencana. yang merasa hidupnya tak lengkap jika tak ada dan berjuang disamping saudaranya yang lain.
bravo para relawan sar indonesia
do'a dan semangat kami bersamamu.......
(maaf kali ini gak bisa ikut, hehehe)
</div>
Tulisan ini terinspirasi oleh perdebatan tentang tim sar bencana Sukhoi di kaskus ini...
masih ribut nyalahin tim sar ya...
gak papalah, selama saya jadi relawan memang banyak dan dah biasa dihujat kok,
cuman seharusnya kita gak asal hujat aja, ada baiknya kritik atau hujatan itu juga diikuti oleh saran atau analisa yang mendasar sehingga berguna kedepannya. dan datanya bisa dipertanggungjawabkan. kalo dh begitu kita bisa berdebat dan berdiskusi dengan lebih sehat.
tidak mudah menjadi penonton untuk sebuah bencana dimana kita berharap mereka segera ditolong,sementara kita melihat para penolong kayaknya ogah ogahan. hingga akhirnya kita terkadang jadi menyalahkan sekitar kita
tidak mudah menjadi keluarga korban yang kita berharap agar sanak saudara kita segera ditolong, sementara kita menyaksikan berita simpang siur tentang kondisi sanak saudara kita tsb, hingga akhirnya kitapun jadi kepikiran kok timsarnya lambat menolongnya,
Tidak mudah menjadi penolong/relawan /tim sar : dimana kita telah berjuang habis habisan untuk berusaha menolong atau menuju lokasi kejadian , kadang harus merambah hutan semak belukar yang berduri, hujan badai, gunung yang kemiringannya hampir 90 derjat, kaki telah tertusuk duri , tangan telah luka luka, tenaga telah terkuras, . sementara orang lain menilai kerja kita lambat, sementara orang berharap lebih, seolah olah bagi mereka sampai ditujuan cukup dengan membalikan telapak tangan.
tidak mudah menjadi korban bencana, menunggu bantuan dalam keputusasaan, kondisi tubuh yang terluka, mental yang down, tanpa tau kapan pertolongan itu datang.
namun yang pasti bagi para relawan /tim sar, bukanlah soal pujian atau bayaran yang diharapkan , tapi bagaimana sebisa mungkin memberikan pertolongan terhadap sesama. berangkat atas dasar keikhlasan untuk berusaha menolong sesama, walau kadang harus kluar modal sendiri.
kesedihan dan kepahitan tim sar bukanlah karna dicaci maki atau dihina tapi kesedihan ketika tidak mampu menyelamatkan korban yang masih mungkin diselamatkan , atau membawa pulang jasad yangtidak dapat dibawa pulang
kebanggan dan penghargaan tertinggi tim sar bukanlah pada pujian dan bayaran yang di dapat, tapi ketika keluarga korban tersenyum ketika saudaranya terselamatkan atau ketika keluarga korban berkata:
"terima kasih telah membawa anakku pulang, walau sudah tak bernyawa, tapi setidaknya aku tau nasibnya,masih bisa melihatnya untuk terakhir kalinya, dan menguburkannya dengan tangan ku sendiri",
kebahagiaan dan kebanggaan yang tidak bisa dibayar dengan apapun. biarlah Aceh, Padang, mentawai, jogja, situ gintung, gunung gunung dan laut serta wilayah wilayah yang pernah dilanda bencana yang jadi saksi seperti apa kita berbuat, seperti apa kita berusaha menolong saudara kita, cukuplah mereka saksi perjuangan kita............
tulisan ini diperuntukan buat saudara2ku yang memilih menjadi relawan sar, pergi menolong karna panggilan jiwa, bukan karna berharap bayaran gede. buat saudaraku yang selalu hadir dimanapun ada bencana di negeri ini, seolah olah setelah sekian kali ada bencana, kita seperti reunian....
berjuang tanpa dibayar, terjun dengan modal sendiri....
tulisan ini untuk saudaraku yang saat ini meninggalkan kerja, kuliah, keluarga, kantor, lembaga, instansi dan memilih menyandang kerel seberat 20 kg, bersepatu pdl, topi rimba menempuh jalan setapak, semak belukar penuh duri, merambah lebatnya hutan, mendaki dan menuruni terjalnya gunung dan lembah. memilih menyandang tandu di terjalnya jurang tidur berselimut embun, daripada tidur enak dirumah.
Tulisan ini buat saudaraku yang hati,fikiran dan telinganya selalu terusik ketika mendengar bencana. yang merasa hidupnya tak lengkap jika tak ada dan berjuang disamping saudaranya yang lain.
bravo para relawan sar indonesia
do'a dan semangat kami bersamamu.......
(maaf kali ini gak bisa ikut, hehehe)
</div>