kuningtelur
27th May 2012, 06:31 PM
WELLCOME TO MY THREAD
[/quote]
Menelusuri �Jejak� Sejarah Kampung Kapitan
Berbicara mengenai Kampung Kapitan berarti berbicara tentang Palembang juga, Kampung kapitan merupakan sebuah pemukiman yang terletak di daerah 7 ulu Palembang.Terdiri dari 15 kelompok bangunan rumah panggung ala China, Uniknya, selain bentuk rumah yang ada di Kampung Kapitan ini mengadopsi bentuk rumah limas (rumah tradisional Palembang yang diperuntukkan bagi para bangsawan Palembang). bentuk rumah di kampung ini juga mengadopsi tipologi rumah masyarakat China dengan courtyard (ruang terbuka) pada bagian tengahnya, yang berguna bagi penghawaan dan masuknya cahaya(sesuai fengshui). di lain pihak, Kampung Kapitan ini merupakan peninggalan kuno dari pemukiman keturunan Tionghoa zaman dahulu yang sekarang dimanfaatkan sebagai tujuan wisata bagi para wisatawan.
sebelum masuk jauh dalam, sampai sekarang saya masih penasaran tentang apa maksud dari kapitan ini sendiri, apakah kapitan ini hanya sebuah nama saja atau mempunyai makna tertentu yang mendasari berdirinya kampung ini. setelah mencari lebih dalam, didapatkan dari sebuah sumber, bahwa pemukiman yang merupakan tanda - tanda kekuasaan Kolonial ini bernama Kapitan dikarenakan diangkatnya seseorang disana yang berpangkat Kapitan atau Kapten untuk bekerja kepada Hindia - Belanda yang berfungsi memunguti pajak terhadap para pengusaha dan warga Tionghoa, serta bertanggungjawab atas keamanan di sana, dan jabatan Kapitan/kapten ini pun diwariskan secara turun - temurun(berdasarkan marga) hingga keturunan kapitan terakhir yang berasal dari marga Tjoa, Tak begitu jelas juga, tapi mungkin ini sedikit pencerahan yang saya dapat.
Balik ke topik lagi, Kampung kapitan ini merupakan contoh bagus evolusi morfologi sebuah pemukiman secara arsitektural, selain dari segi arsitektural, kampung Kapitan juga merupakan simbol pembauran (kultural) antara etnis Tionghoa, Melayu, dan kebudayaan Eropa (Belanda). Perkembangan Kampung ini sangat dipengaruhi oleh keadaan politik Palembang saat itu, bahwa saat itu betapa terpisahnya antara penduduk pendatang dan penduduk asli Palembang, pembagian zona tempat tinggal atau pemukiman pada jaman awal kesultanan Palembang yang telah diatur bahwa untuk warga pendatang ditempatkan di pinggiran Sungai Musi dengan rumah rakit sebagai tempat tinggalnya, Sedangkan penduduk asli terutama keluarga kerajaan mempunyai hak yang lebih istimewa untuk bermukim di daratan.
Peraturan tersebut berakhir saat masa kesultanan Palembang akhir, Penduduk keturunan Tionghoa akhirnya mempunyai hak untuk bermukim didaratan (masih tetap di zona ulu), dan ini masih terus berlanjut hingga pemerintahan Kolonial Belanda. Berdasarkan keadaan kota Palembang yang saat itu sangatlah strategis menjadikannya sebagai tujuan imigrasi oleh pendatang dari beberapa daerah, termasuk imigran dari cina yang mana diduga masuk Palembang pada masa hancurnya kerajaan Sriwijaya hingga lebih tepatnya sebelum kerajaan Palembang Darussalam berdiri kira � kira pada tahun 1365 � 1407, Dimana saat itu terjadi kekosongan pemerintahan sehingga Palembang menjadi �tidak terurus� dan tak memiliki pemimpin secara de jure.
Hingga pada masa Kerajaan Kesultanan Palembang Darussalam (abad 16 � 19) diberlakukan kebijakan bahwa dibagian ilir Palembang, dimana keraton berada , khusus diperuntukkan untuk warga Palembang asli sedangkan warga asing atau warga keturunan ditempatkan diseberang keraton, atau bagian ulu Palembang. Keadaan ini terus bertahan hingga pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II.
Sampai pada masa Kolonial belanda, para penduduk keturunan masih tetap tinggal dan menetap dibagian ulu Palembang, Bahkan, beberapa arsitektur bangunan atau rumah mukim warga telah dipengaruhi gaya kolonial saat itu dan tetap bertahan hingga kini. Beberapa budaya yang masih dipertahankan di Kampung Kapitan adalah dengan dilakukannya Kirab oleh penduduk etnis Tionghoa setempat yang bertujuan untuk membangkitkan nilai � nilai leluhur etnis Tionghoa sekaligus untuk mempertahankan nilai - nilai sejarah dan budaya Kota Palembang. Kirab yang merupakan semacam upacara adat dimana digelar rutin setahun sekali menjadi semacam ritual keagamaan bagi rakyat etnis Tionghoa yang tinggal di Kampung Kapitan.
Kirab ini merupakan sebuah ritual yang dipercaya oleh penduduk setempat sebagai upacara untuk membersihkan sifat � sifat jahat yang ada di lingkungan sekitar atau kurang lebih sama dengan �Tolak Bala� versi etnis Tionghoa .
Dengan kayanya budaya etnis Tionghoa yang ada dikampung kapitan, berarti menambah ragam seni dan budaya yang ada di Kota Palembang. Begitupun nilai tambah terhadap nilai pariwisata Kota Palembang dengan diselenggarakannya upacara Kirab setiap sekali setahun di Kampung Kapitan, ini semakin menambah ragam upacara adat yang ada Provinsi Sumatera Selatan.
Oh, Iya bagi kawan � kawan yang ingin langsung mengunjungi Kampung Kapitan ini, Sebenarnya Kampung Kapitan sangat mudah ditempuh, Kalau dari BKB ( Benteng Kuto Besak) cukup menyeberang dengan kapal Getek dengan membayar cukup Rp. 2000 - Rp. 3000 saja dan kita langsung dibawa menuju Kampung Kapitan ini.
Mungkin ini saja Tulisan saya untuk kali ini.
Lain Kali kalau ada kesempatan Insya Allah saya Akan menulis lagi tentang sumber pariwisata lain dari Sumatera Selatan.
Berikut Beberapa Foto Tentang Kampung Kapitan :
Source Gambar : Google Picture
[quote]
[/spoiler] for kampung kapitan:
http://www.indonesiabox.com/s3cdn/2009/10/Kampung-Kapitan-Palembang1.jpg
Kampung Kapitan 7 ulu Palembang
for kampung kapitan:
http://farm3.static.flickr.com/2448/3985935774_a4d0637d44.jpg
Kampung Kapitan 7 ulu Palembang
for kampung kapitan:
http://2.bp.blogspot.com/_JAM-iSxZCIk/SNx-KegWckI/AAAAAAAABxk/ICOSBEojVQU/s400/Plaza+Kapitan.JPG
Tampak Jauh
for kampung kapitan:
http://aspertina.org/assets/images/artikel/Rumah_Kapitan.jpg
rumah kapitan
[spoiler=open this] for kampung kapitan:
http://www.thejakartapost.com/files/images/p19-b-11.jpg
Kaum tionghoa Kapitan
<div align="center"><font size="5"><a href="http://rick-culous.blogspot.com/2012/04/menelusuri-jejak-kampung-kapitan.html" target="_blank">> > > S U M B E R < <
[/quote]
Menelusuri �Jejak� Sejarah Kampung Kapitan
Berbicara mengenai Kampung Kapitan berarti berbicara tentang Palembang juga, Kampung kapitan merupakan sebuah pemukiman yang terletak di daerah 7 ulu Palembang.Terdiri dari 15 kelompok bangunan rumah panggung ala China, Uniknya, selain bentuk rumah yang ada di Kampung Kapitan ini mengadopsi bentuk rumah limas (rumah tradisional Palembang yang diperuntukkan bagi para bangsawan Palembang). bentuk rumah di kampung ini juga mengadopsi tipologi rumah masyarakat China dengan courtyard (ruang terbuka) pada bagian tengahnya, yang berguna bagi penghawaan dan masuknya cahaya(sesuai fengshui). di lain pihak, Kampung Kapitan ini merupakan peninggalan kuno dari pemukiman keturunan Tionghoa zaman dahulu yang sekarang dimanfaatkan sebagai tujuan wisata bagi para wisatawan.
sebelum masuk jauh dalam, sampai sekarang saya masih penasaran tentang apa maksud dari kapitan ini sendiri, apakah kapitan ini hanya sebuah nama saja atau mempunyai makna tertentu yang mendasari berdirinya kampung ini. setelah mencari lebih dalam, didapatkan dari sebuah sumber, bahwa pemukiman yang merupakan tanda - tanda kekuasaan Kolonial ini bernama Kapitan dikarenakan diangkatnya seseorang disana yang berpangkat Kapitan atau Kapten untuk bekerja kepada Hindia - Belanda yang berfungsi memunguti pajak terhadap para pengusaha dan warga Tionghoa, serta bertanggungjawab atas keamanan di sana, dan jabatan Kapitan/kapten ini pun diwariskan secara turun - temurun(berdasarkan marga) hingga keturunan kapitan terakhir yang berasal dari marga Tjoa, Tak begitu jelas juga, tapi mungkin ini sedikit pencerahan yang saya dapat.
Balik ke topik lagi, Kampung kapitan ini merupakan contoh bagus evolusi morfologi sebuah pemukiman secara arsitektural, selain dari segi arsitektural, kampung Kapitan juga merupakan simbol pembauran (kultural) antara etnis Tionghoa, Melayu, dan kebudayaan Eropa (Belanda). Perkembangan Kampung ini sangat dipengaruhi oleh keadaan politik Palembang saat itu, bahwa saat itu betapa terpisahnya antara penduduk pendatang dan penduduk asli Palembang, pembagian zona tempat tinggal atau pemukiman pada jaman awal kesultanan Palembang yang telah diatur bahwa untuk warga pendatang ditempatkan di pinggiran Sungai Musi dengan rumah rakit sebagai tempat tinggalnya, Sedangkan penduduk asli terutama keluarga kerajaan mempunyai hak yang lebih istimewa untuk bermukim di daratan.
Peraturan tersebut berakhir saat masa kesultanan Palembang akhir, Penduduk keturunan Tionghoa akhirnya mempunyai hak untuk bermukim didaratan (masih tetap di zona ulu), dan ini masih terus berlanjut hingga pemerintahan Kolonial Belanda. Berdasarkan keadaan kota Palembang yang saat itu sangatlah strategis menjadikannya sebagai tujuan imigrasi oleh pendatang dari beberapa daerah, termasuk imigran dari cina yang mana diduga masuk Palembang pada masa hancurnya kerajaan Sriwijaya hingga lebih tepatnya sebelum kerajaan Palembang Darussalam berdiri kira � kira pada tahun 1365 � 1407, Dimana saat itu terjadi kekosongan pemerintahan sehingga Palembang menjadi �tidak terurus� dan tak memiliki pemimpin secara de jure.
Hingga pada masa Kerajaan Kesultanan Palembang Darussalam (abad 16 � 19) diberlakukan kebijakan bahwa dibagian ilir Palembang, dimana keraton berada , khusus diperuntukkan untuk warga Palembang asli sedangkan warga asing atau warga keturunan ditempatkan diseberang keraton, atau bagian ulu Palembang. Keadaan ini terus bertahan hingga pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II.
Sampai pada masa Kolonial belanda, para penduduk keturunan masih tetap tinggal dan menetap dibagian ulu Palembang, Bahkan, beberapa arsitektur bangunan atau rumah mukim warga telah dipengaruhi gaya kolonial saat itu dan tetap bertahan hingga kini. Beberapa budaya yang masih dipertahankan di Kampung Kapitan adalah dengan dilakukannya Kirab oleh penduduk etnis Tionghoa setempat yang bertujuan untuk membangkitkan nilai � nilai leluhur etnis Tionghoa sekaligus untuk mempertahankan nilai - nilai sejarah dan budaya Kota Palembang. Kirab yang merupakan semacam upacara adat dimana digelar rutin setahun sekali menjadi semacam ritual keagamaan bagi rakyat etnis Tionghoa yang tinggal di Kampung Kapitan.
Kirab ini merupakan sebuah ritual yang dipercaya oleh penduduk setempat sebagai upacara untuk membersihkan sifat � sifat jahat yang ada di lingkungan sekitar atau kurang lebih sama dengan �Tolak Bala� versi etnis Tionghoa .
Dengan kayanya budaya etnis Tionghoa yang ada dikampung kapitan, berarti menambah ragam seni dan budaya yang ada di Kota Palembang. Begitupun nilai tambah terhadap nilai pariwisata Kota Palembang dengan diselenggarakannya upacara Kirab setiap sekali setahun di Kampung Kapitan, ini semakin menambah ragam upacara adat yang ada Provinsi Sumatera Selatan.
Oh, Iya bagi kawan � kawan yang ingin langsung mengunjungi Kampung Kapitan ini, Sebenarnya Kampung Kapitan sangat mudah ditempuh, Kalau dari BKB ( Benteng Kuto Besak) cukup menyeberang dengan kapal Getek dengan membayar cukup Rp. 2000 - Rp. 3000 saja dan kita langsung dibawa menuju Kampung Kapitan ini.
Mungkin ini saja Tulisan saya untuk kali ini.
Lain Kali kalau ada kesempatan Insya Allah saya Akan menulis lagi tentang sumber pariwisata lain dari Sumatera Selatan.
Berikut Beberapa Foto Tentang Kampung Kapitan :
Source Gambar : Google Picture
[quote]
[/spoiler] for kampung kapitan:
http://www.indonesiabox.com/s3cdn/2009/10/Kampung-Kapitan-Palembang1.jpg
Kampung Kapitan 7 ulu Palembang
for kampung kapitan:
http://farm3.static.flickr.com/2448/3985935774_a4d0637d44.jpg
Kampung Kapitan 7 ulu Palembang
for kampung kapitan:
http://2.bp.blogspot.com/_JAM-iSxZCIk/SNx-KegWckI/AAAAAAAABxk/ICOSBEojVQU/s400/Plaza+Kapitan.JPG
Tampak Jauh
for kampung kapitan:
http://aspertina.org/assets/images/artikel/Rumah_Kapitan.jpg
rumah kapitan
[spoiler=open this] for kampung kapitan:
http://www.thejakartapost.com/files/images/p19-b-11.jpg
Kaum tionghoa Kapitan
<div align="center"><font size="5"><a href="http://rick-culous.blogspot.com/2012/04/menelusuri-jejak-kampung-kapitan.html" target="_blank">> > > S U M B E R < <