Log in

View Full Version : [Cerita Berantai] Buku Aneh dari Masa Depan


rajamacan
27th May 2012, 06:31 PM
Lanjutin ya gan...



================================================== ============



[/b]Judul Buku: Buku Aneh dari Masa Depan[/b]



Judul Bab 1: Bulan yang Dilupakan

Ditulis oleh Fariz Aditya



Gue punya temen, namanya Tomi. Temen SMP yang gak terlalu ganteng dan gak terlalu jelek ini benar-benar suka sama yang namanya ngedeketin cewek. Setiap ngelihat cewek yang agak bersinar dikit, dia bilang �Waaahh..imutnya..�. Dan sehari setelah itu, dia berusaha sekuat tenaga untuk ngedeketin cewek itu. Dan herannya, dia juga bisa ngedapetinnya. Tapi gue akui, dia memiliki bahasa yang sangat indah dan teratur. Dengan keahliannya merayu seorang cewek (yang buta), sering dia bergantian pacar. Kalau gue gak salah ngitung, dia pernah berpacaran lebih dari 14 orang. Gue sempat iri dengan Tomi, tapi apa daya gue yang kurus tak berbobot ini, harus rela di-bego-bego-in sama cewek sekolahan. Namun dengan kebiasaan sering ganti-ganti pacar ini, Tomi susah untuk menjalani hubungan untuk masa mendatang. Sedikit saja mendapat suatu masalah, mereka putus. Begitu seterusnya.



Gue juga pernah suka sama temen satu sekolahan, gue belum kenal dia, dan saat itu gue masih cupu. Rambut tipis, pakaian amburadul, wajah berantakan, lupa pake celana. Namanya Vika, cewek yang menurut gue menarik untuk dijadikan seorang pacar buat gue. Tapi rasa optimis gue belum muncul, hanya ada niat, tapi gak ada usaha. Tau namanya aja juga dapet dari temen.



Waktu pulang sekolah, gue dan Tomi menuju ke kantin sekolah.



�Elo suka Vika ya, Riz?� tanya Tomi yang sedang memakan sotonya.



�Emm.. mungkin kali Tom, dia menarik buat gue.� bales gue.



�Terus apa usaha lo?�



�Gak tau, elo bisa bantu gue?�



�Bisa dong, beres pokoknya..hahaha� dia ketawa.



�Hahaha..� gue ikut ketawa.



�Hahaha..� dia ketawa lagi.



�WAHAHAHA..� suara gue tambah lantang.



Hening...







Hari berikutnya, gue masuk sekolah dengan santai dan duduk di sebelah Tomi. Mengikuti pelajaran yang membosankan, Tomi bercerita ke gue kalo saat itu dia udah berpacaran dengan cewek selama satu bulan, namanya Ana, anak kelas sebelah. Katanya Ana orangnya baik, manis, dan perhatian. Dari raut wajah yang diperlihatkan Tomi, gue tau dia bener-bener suka sama Ana, gak seperti pacar-pacar sebelumnya. Dia jadi lebih sering senyum sendiri, sering nulis-nulis sendiri di buku catatan tentang mereka, sering juga remidi sendiri. Dia sering menuliskan kata-kata yang terdiri dari kata �Ana� dan �Tomi�, dan hasilnya kata �Anatomi�, apalagi di dalam buku biologi.



Gue tambah iri sama dia, secara latar belakang kita berdua berbeda. Dia udah ahli dalam masalah godain cewek, dan gue paling mentok ahli dalam bidang berdiri-paling-depan-di-antrean-acara-resepsi-kimpoian. Emang bener-bener beda.





Ketika istirahat, pulang sekolah, dan waktu-waktu yang lain, gue melihat mereka jalan berduaan, dan rasanya cocok banget. Terlihat si Tomi sangat menikmati hari-hari bersama Ana, begitu juga sebaliknya. Dengan seketika, gue keinget sama Vika. Gue juga pengen kenalan sama dia, pengen jalan sama dia, tapi kapan? Gue bergumam dalam hati.



Esok harinya..



�Elo kenapa Riz?� tanya Tomi menepuk pundak gue.



�Gue bingung, ternyata susah juga ya hanya sekedar mikirin cewek yang belum tentu kita pegang.� bales gue yang gak tau maknanya.



�Pegang gimana maksudnya?�



�Ya maksudnya jadi milik kita gitu..� gue menjelaskan.



�Iya sih, terus elo udah mikirin gimana ngajakin kenalannya?�



�Belum sama sekali.�



�Gini aja, entar pulang sekolah lo datengin kelasnya, terus....�



�Terus apaan??� gue penasaran.



�Elo tiduran di depan kelasnya, sambil bawa papan bertuliskan �Gak Kenal Vika = Loncat dari Lantai Tiga..� �



Gue langsung mau lemparin si Tomi dari lantai tiga.







Memang, suka sama cewek yang gak kita kenal itu lebih butuh energi dan usaha yang ekstra. Seperti dalam pelajaran fisika, �ketika ada Energi yang berbanding lurus dengan Usaha...� gue lupa sisanya, sebatas menyukai di dalam pandangan tanpa sempat berkenalan itu bener-bener harus sering memperhatikan si cewek, udah punya pacar apa belum, kira-kira dia suka sama kita atau enggak. Weakness in life nya, kapan pun kita bertemu sang idaman, kita menjadi terperdaya dengan situasi tanpa bisa mengontrolnya. Dan gue korbannya.



Terkadang, hidup gue menjadi lebih berat ketika sedang memikirkan Vika. Dan yang gue hafal, dia selalu memakai parfum yang harumnya khas. Sewaktu mandi dan inget parfumnya, gue jadi lupa mau ngapain. Sewaktu malam mingguan dan inget parfumnya, gue jadi lupa mau ke Mall atau ke warteg. Sewaktu memperhatikan pelajaran dan gue inget parfumnya, gue jadi tidur di kelas mimpiin Tomi yang lagi asik memainkan boneka barbie. Dan satu hal lagi yang gue ketahui, Tomi beneran suka boneka barbie.



Minggu demi minggu berlalu, Tomi menyarankan gue untuk menelepon Vika. Dan seketika gue mulai �berani� untuk berkenalan dengannya, walaupun sekedar lewat telepon. Karena takut dikira sering nelen tutup botol sprite, gue mengetes suara gue tiga kali. Karena mental yang udah kayak maling jemuran ini, akhirnya gue ngajak kenalan Vika. �H-h-h-h-halo..� kata gue yang masih kayak orang nelen tutup botol sprite.



�Iya halo, siapa ya?� suara manis menyambut gue di seberang telepon.



�Ehm.� gue sok cool. �A-anu, boleh.. kenalan?�



�Boleh aja, nama kamu Anu?� jawab Vika. Kata �Anu� lebih cocok dibahas dalam suatu pergaulan bebas. Mungkin dia mengira gue anak yang sering digauli di dalam pergaulan yang salah.



Gue menyangkal dengan cepat, �Bukan bukan, gue Fariz anak kelas 9D.�



�Fariz? kelas 9D? Yang mana ya?� dia heran.







Percakapan berlangsung hangat.



Dan akhirnya, gue berhasil berkenalan dengan Vika. Di sekolah, gue sering pandangin wajahnya, dia pun juga udah tau gue yang mana. Gue juga udah berani ngajak dia ngobrol (yang jelas bukan tentang harga BBM naik).



Hari-hari berlalu, hubungan gue dengan Vika makin membaik sebagai seorang teman. Gakpapa, ini emang jalan pertama yang harus gue lalui, jadi temen dulu. Gara-gara udah kenal, gue jadi sering sms-an, bertanya dari yang simpel seperti �Baru ngapain?�, sampai yang tidak terpikirkan oleh manusia seperti �Suka mainan upil terus dimasukin mulut gak? Enak loh..�. Tapi selama itu, gue masih belum mengetahui tentang suatu hal, apakah dia udah punya pacar? Uh.



Gue sangat berterima kasih ke Tomi yang udah nyaranin gue untuk memberanikan diri ngajakin kenalan Vika lewat telepon kala itu. Dan ujung-ujungnya, dia minta dibayarin mie ayam dua mangkok. Namun dengan ketersediaan rupiah di dalam dompet gue yang udah limited, jadinya dia yang bayarin gue.



Dua minggu setelah kejadian itu, di dalam kelas, Tomi deketin gue.



�Riz, gue ada masalah sama Ana.� jelasnya.



�Masalah apa Tom? Dia gak elo paksa buat makan rumput kan?� gue bercanda.



�Ya enggak lah, dongo.�



�Terus, masalah apaan?�



�Ya ada pokoknya, yang jelas kita lagi sebel-sebelan.� Tomi agak emosi.



Gue memaksa dia untuk tidak mengambil keputusan seperti apa yang dia lakuin ke pacar-pacar sebelumnya. Mukanya jadi suka cemberut dan diem sendiri.



Tiga hari kemudian setelah mereka bermasalah, hingga akhirnya Tomi mampir ke rumah gue. Sekedar membangun cerita dan pembahasan (karena takut digrepe-grepe), gue memulai pembicaraan. �Gimana elo sama Ana? Masih berantem juga?�



�Iya Riz, ya gitu deh. Gue udah nyerah..� jawab Tomi.



�Nyerah gimana?� tanya gue.



�Dia manja banget! Semua kemauannya harus dituruti..� sambil meninggikan nada bicara.



�Itu biasa, Tom. Tenang aja..� gue menenangkan. Menghindari dari hal putus-memutus dan karena gue orangnya gak tegaan kalau ada orang lain putus sama pacarnya (apalagi putus kaki sebelah), gue berusaha meyakinkan dia untuk tetap tegar.



Namun usaha gue berhenti ketika dia berkata dengan mantap, �Gue udah putus sama Ana, Riz..�



�Oh..� gue meneguk ludah. Bukannya gak percaya, soalnya Tomi orangnya emang suka putus-nyambung. �Tapi kan sepengetahuan gue, elo sayang banget sama dia?�



�Iya Riz, banget. Ternyata dua hari yang lalu, dia jalan sama cowok lain!� Tomi memasang muka nanar.



Masih waspada dengan pemikiran abnormal si Tomi (yaitu suka nge-grepe orang yang berada di dekatnya ketika hendak emosi), gue deketin pisau untuk mencegahnya.



�Gimana ya Riz, caranya ngelupain seseorang yang dulu kita sayang?� dia nanya ke gue. Ya, dia nanya ke orang yang salah.



�Elo mau ngelupain dia?� gue tanya.



�Iya, habis bikin sakit hati..� jelasnya. Kalau Tomi yang memilih antara merasakan hal pahit ini dengan mati terjepit tali jemuran, mungkin dia akan memilih pilihan yang kedua. Setidaknya dia bisa mati bahagia bersama jemuran nyokapnya.



Dengan nyeplos gue bilang, �Jagi gay..�



�Ha? Gay? Wah, elo gila Riz!�



�Iya, gue gila, elo gay..�



Tanpa gue sadari, Tomi tiba-tiba memegang pipinya dengan kedua tangan. Ini yang aneh sebenernya siapa?



Dengan tegas gue bilang ke Tomi, �Jangan elo lupain dia, karena saat ini akan jadi bulan yang ada di malem lo..�



Gak jelas juga gue ngomong apaan (mungkin dikira ngomong tentang datang bulan), tapi Tomi manggut-manggut aja dengerinnya. Bego.



Namun secara pelan-pelan dan bertahap, gue jelasin tentang bulan itu.







Dari pengalaman yang pernah gue alami, cara yang diambil oleh si Tomi adalah salah. Melupakan seseorang yang pernah kita sayang adalah salah satu cara yang malah memperkuat kita untuk selalu memikirkannya. Mungkin memang ini dampak dari emosi sesaat, namun semua pasti ada jalan keluar yang lebih indah daripada melupakan. Semakin sering kita melupakan, semakin sering kita mengingatnya. Seperti halnya bulan, jarak kita dengan bulan sangatlah jauh.





Selengkapnya: http://www.volpen.com/read/327/buku_...ari_masa_depan (http://www.volpen.com/read/327/buku_aneh_dari_masa_depan)



Untuk melanjutkannya, klik "Ajukan Lanjutan" di bawah halaman http://www.volpen.com/read/327/buku_...ari_masa_depan (http://www.volpen.com/read/327/buku_aneh_dari_masa_depan)

</div>