kembangtahu
27th May 2012, 06:09 PM
Kondom bukan Pelindung Tangguh HIV/Aids
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/01/29/040222p.jpg
[/quote]
Kondom bukan merupakan alat pelindung yang tangguh untuk mencegah penularan HIV/AIDS.
Hal itu terbukti dengan masih meningkatnya sejumlah jumlah penderita virus mematikan itu, kata Misnaini, kepala Bidang Keluarga Berencana pada Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BKBP3A) Kota Dumai, Riau, kepada Antara di Dumai, Jumat (3/6).
Menurut dia, mengatakan, HIV/AIDS merupakan penyakit perilaku. "Untuk itu, mencegah penyebarannya tidak akan efektif jika hanya mengandalkan alat kontrasepsi jenis kondom. Upaya terbaik untuk mengatasi HIV/AIDS adalah penciptaan lingkungan yang sehat," kata dia.
Misnain menjelaskan, penggunaan kondom tidak menjamin seratus persen penggunanya aman dari penularan penyakit yang belum ada obatnya itu.
"Kondom hanya dapat mengurangi risiko penularannya, namun tidak menutup kemungkinan jika komdom juga dapat dibobol oleh virus mematikan itu," ujarnya.
Dari hasil penelitian, katanya, ternyata tingkat keamanan kondom hanya berkisar 70 sampai 74 persen. "Bagi pengguna kondom, sebaiknya juga memilih-milih kondom yang akan digunakan untuk berhubungan. Hal ini penting, karena kondom juga memiliki masa ketahanan atau kedaluwarsa," ujarnya.
Berdasarkan data yang dirangkum BKBP3A Dumai, dari 200 ribu lebih jumlah penduduk Kota Dumai, 921 orang yang terdaftar sebagai pria lajang ternyata merupakan pengguna kondom sejati. Jumlah ini cenderung stabil dan tidak mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai, H Marjoko Santoso, menjelaskan, kondom memang tidak menjamin seratus persen penggunanya untuk tidak terjangkit HIV/AIDS.
Kendati demikian, menurut dia, bukan berarti penggunaan kondom dalam berhubungan seksual tidak memberikan manfaat bagi penggunanya.
Komisi Perlindungan AIDS (KPA) Kota Dumai tahun ini menyebarkan sedikitnya 43 gerai (outlet) kondom di beberapa lokasi yang dinilai berisiko terhadap penularan penyakit mematikan HIV/AIDS.
Penyebaran outlet kondom dilakukan karena penderita HIV/AIDS di Dumai kian bertambah. Tahun ini, KPA mendeteksi sedikitnya terdapat 128 orang penderita di Dumai, di mana 38 di antaranya sudah memasuki status AIDS.
Kondom, Tak 100 Persen Efektif?
Penggunaan karet pengaman atau kondom secara konsisten memang dapat mengurangi penyebaran HIV. Namun apakah penggunaan kondom juga dapat menjadi jawaban atas meningkatnya rata-rata kasus penyakit menular seksual akhir-akhir ini? Itulah pertanyaan yang menjadi perdebatan para ahli dalam jurnal British Medical Journal edisi terbaru.
Beberapa ahli seperti Markus Steiner dan Willard Cates dari Family Health International berpendapat bahwa kondom sejauh ini tetap menjadi sebuah solusi terbaik khususnya bagi orang yang terbilang "aktif" secara seksual. Kondom dapat menekan risiko dan kemungkinan mengidap penyakit menular seksual atau pun menyebarkan infeksi (jika pengguna sudah terinfeksi).
Walaupun dalam sejumlah pembuktian masih terbilang inkonsisten, beberapa riset menunjukkan bahwa kondom merupakan sebuah benteng fisik yang efektif terhadap penularan patogen atau bibit penyakit, ungkap Steiner dan Cates.
Sebagai bukti akan efektivitas kondom, Steiner dan cates merujuk pada sebuah tinjauan terbaru yang mengungkapkan bahwa penggunaan kondom juga dapat menurunkan risiko penyakit gonore dan chlamydia baik pada pria maupun wanita. Riset juga menunjukkan bahwa penggunaan kondom yang konsisten dan benar dapat menurunkan risikopenyakit herpes dan infeksi human papillomavirus.
Walaupun begitu, efektivitas kondom masih menjadi perdebatan terutama berkaitan dengan upaya promosi penggunaannya di banyak negara termasuk Amerika Serikat. Masalah lain yang muncul adalah promosi penggunaan kondom pun dapat menimbulkan risiko lainnya.
Tidak sepenuhnya aman
Seperti halnya sebuah alat pengaman (sabuk pengaman atau kantung udara pada kendaraan), para ahli menilai kondom tidaklah 100 persen efektif. Pesan yang akurat tentang kondom seharusnya dibangun dengan risiko pencegahan yang seluas-luasnya serta pendekatan penurunan risiko.
Para ahli menganjurkan agar para dokter memberi penyuluhan kepada orang yang aktif secara seksual bahwa penggunaan kondom dapat menurunkan risiko berbagai jenis infeksi. Mereka juga perlu menekankan pentingnya akan penggunaan kondom yang benar dan konsisten untuk mengurangi risiko secara optimal.
Sementara itu ahli dari Universitas Alberta, Stephen Genuis, berargumen bahwa pendekatan yang lebih komprehensif dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Menurutnya, kondom bukanlah jawaban pasti dalam mengatasi infeksi penyakit seksual, karena alat ini tidak memberikan cukup proteksi terhadap penyakit biasa. Hubungan seksual secara umum melibatkan kontak antara kulit di dalam area genital eksternal yang tidak dilindungi oleh kondom.
Namun problem utama kondom menurutnya adalah kebanyakan orang, terutama remaja dan dewasa, tidak menggunakannya secara konsisten, dan terkesan menghiraukan bukti ilmu pengetahuan. Ia merujuk pada banyak penelitian besar di mana upaya bersama untuk mempromosikan penggunaan kondom secara konsisten terbukti gagal mengendalikan penyebaran penyakit seksual - bahkan di negara-negara dengan pendidikan seks yang maju seperti Kanada, Swedia dan Swiss.
Data juga menunjukkan bahwa mengubah perilaku seksual (setia dengan pasangan, menurunkan jumlah pekerja seks) terbukti lebih baik ketimbang penyebaran kondom dalam menurunkan risiko terjadinya infeksi di beberapa negara seperti Thailand dan Kamboja.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan dua pertiga kasus penyakit menular seksual di dunia terjadi pada remaja dan dewasa muda. Sejauh ini banyak sekali remaja yang belum tersentuh pendidikan seksual khususnya yang terfokus mengenai kondom.
Pori-pori Pada Kondom, Amankah?
http://pendidikanseks.info/wp-content/uploads/2011/01/Pori-pori-polimer-150x150.jpg
Banyak pihak sepertinya telah kehilangan akal untuk mencegah dahsyatnya penyebaran virus HIV dan penyakit AIDS. Karena alasan yang tidak sepenuhnya jujur, mereka cenderung mengambil cara sosialisasi kondom sebagai penyelamat kehidupan. Mereka berupaya keras untuk memberikan penyuluhan dan distribusi kondom ke masyarakat luas dan remaja.
Adalah tidak aneh jika saat ini, dalam benak pelaku seks bebas, kondom adalah penjamin rasa aman perzinahan. Rupanya upaya banyak pihak menanamkan opini bahwa kondom adalah aman dan efektif (safe and effective) telah berhasil. Lebih jauh dari itu, iklan-iklan kondom dengan vulgar mengopinikan bahwa rasa tanggung jawab dan keamanan berhubungan intim dapat disimbolkan dengan penggunaan kondom. Benarkah?
Banyak penelitian yang telah menyimpulkan bahwa efektivitas kondom dalam mencegah kehamilan mencapai 90 persen. Kegagalan sebesar 10 persen lebih banyak dinisbahkan pada penggunaan yang tidak tepat seperti ukuran terlalu sempit, terlalu longgar, robek saat disarungkan, robek saat digunakan, atau berlubang karena cacat produksi. Hal ini lebih masuk akal karena ukuran pori-pori kondom terkecil (5 mikron) hampir sama dengan diameter terbesar sperma (3.5 mikron). Selain sempit, sperma pun akan kesulitan berenang menembus kondom karena ketebalan kondom paling tipis mencapai 194 kali diameter kepalanya.
Sekarang, bagaimana dengan efektivitas kondom untuk membendung penetrasi virus HIV yang hanya berukuran 0.1 mikron? Apa yang bisa Anda bayangkan dengan kelereng (diameter 1.5 cm) yang memasuki gorong-gorong dengan diameter 75 cm? Bukankah kita seperti sedang menyaksikan sebuah dinding pembatas yang penuh lubang labirin menganga memisahkan dua sumber cairan. Hanya faktor waktu yang menghambat kapan virus-virus itu mencemari cairan lainnya. Diperburuk dengan masifnya gerakan mekanis yang menekan cairan, maka perjalanan virus-virus melintasi labirin kondom akan semakin cepat.
Saat ini, ketebalan kondom yang dijual di pasar berkisar antara 483 � 635 mikron. Sedangkan kisaran pori-pori kondom-kondom tersebut saat tidak direntangkan adalah 5 � 50 mikron. Kelihatannya masuk akal jika kegagalan kondom dalam melindungi pelaku seks bebas dari penyakit mematikan HIV-AIDS, dilaporkan oleh Alan Guttmacher Institute pada tahun 1989 mencapai 22.3 persen, British Journal of Medicine pada tahun 1987 mencapai 26 persen, dan New England Journal of Medicine pada tahun 1989 mencapai 33 persen.
Kegagalan peran kondom dalam melindungi kesehatan pelaku seks bebas juga diperburuk dengan sifat dari penyebaran virus HIV yang tidak hanya melalui hubungan intim. Kontak cairan melalui kulit terluka, ciuman mulut (deep kissing), atau kontak cairan non genital lainnya menyebabkan persentase faktanya akan lebih mengerikan. Seperti yang dicatat dalam buku Agar Seks Tidak Salah Jalan, Pendidikan Seks yang Benar untuk Remaja, penyebaran HIV melalui hubungan intim di Indonesia mencapai 49.2 persen. Data dari Ditjen PPL & PM Depkes RI menunjukkan bahwa sejak era reformasi, peningkatan penderita AIDS meningkat sangat tajam.
Syarif Niskala
Penulis buku Agar Seks Tidak Salah Jalan, Pendidikan Seks yang Benar untuk Remaja
[quote]
SUMBER 1 (http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/04/231168/293/14/Kondom-bukan-Pelindung-Tangguh-HIVAids)
SUMBER 2 (http://nasional.kompas.com/read/2008/01/28/10470532/Kondom.Tak.100.Persen.Efektif.)
SUMBER 3 (http://pendidikanseks.info/?p=238)
Semoga informasi ini bermanfaat... :ganteng:
</div>
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/01/29/040222p.jpg
[/quote]
Kondom bukan merupakan alat pelindung yang tangguh untuk mencegah penularan HIV/AIDS.
Hal itu terbukti dengan masih meningkatnya sejumlah jumlah penderita virus mematikan itu, kata Misnaini, kepala Bidang Keluarga Berencana pada Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BKBP3A) Kota Dumai, Riau, kepada Antara di Dumai, Jumat (3/6).
Menurut dia, mengatakan, HIV/AIDS merupakan penyakit perilaku. "Untuk itu, mencegah penyebarannya tidak akan efektif jika hanya mengandalkan alat kontrasepsi jenis kondom. Upaya terbaik untuk mengatasi HIV/AIDS adalah penciptaan lingkungan yang sehat," kata dia.
Misnain menjelaskan, penggunaan kondom tidak menjamin seratus persen penggunanya aman dari penularan penyakit yang belum ada obatnya itu.
"Kondom hanya dapat mengurangi risiko penularannya, namun tidak menutup kemungkinan jika komdom juga dapat dibobol oleh virus mematikan itu," ujarnya.
Dari hasil penelitian, katanya, ternyata tingkat keamanan kondom hanya berkisar 70 sampai 74 persen. "Bagi pengguna kondom, sebaiknya juga memilih-milih kondom yang akan digunakan untuk berhubungan. Hal ini penting, karena kondom juga memiliki masa ketahanan atau kedaluwarsa," ujarnya.
Berdasarkan data yang dirangkum BKBP3A Dumai, dari 200 ribu lebih jumlah penduduk Kota Dumai, 921 orang yang terdaftar sebagai pria lajang ternyata merupakan pengguna kondom sejati. Jumlah ini cenderung stabil dan tidak mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai, H Marjoko Santoso, menjelaskan, kondom memang tidak menjamin seratus persen penggunanya untuk tidak terjangkit HIV/AIDS.
Kendati demikian, menurut dia, bukan berarti penggunaan kondom dalam berhubungan seksual tidak memberikan manfaat bagi penggunanya.
Komisi Perlindungan AIDS (KPA) Kota Dumai tahun ini menyebarkan sedikitnya 43 gerai (outlet) kondom di beberapa lokasi yang dinilai berisiko terhadap penularan penyakit mematikan HIV/AIDS.
Penyebaran outlet kondom dilakukan karena penderita HIV/AIDS di Dumai kian bertambah. Tahun ini, KPA mendeteksi sedikitnya terdapat 128 orang penderita di Dumai, di mana 38 di antaranya sudah memasuki status AIDS.
Kondom, Tak 100 Persen Efektif?
Penggunaan karet pengaman atau kondom secara konsisten memang dapat mengurangi penyebaran HIV. Namun apakah penggunaan kondom juga dapat menjadi jawaban atas meningkatnya rata-rata kasus penyakit menular seksual akhir-akhir ini? Itulah pertanyaan yang menjadi perdebatan para ahli dalam jurnal British Medical Journal edisi terbaru.
Beberapa ahli seperti Markus Steiner dan Willard Cates dari Family Health International berpendapat bahwa kondom sejauh ini tetap menjadi sebuah solusi terbaik khususnya bagi orang yang terbilang "aktif" secara seksual. Kondom dapat menekan risiko dan kemungkinan mengidap penyakit menular seksual atau pun menyebarkan infeksi (jika pengguna sudah terinfeksi).
Walaupun dalam sejumlah pembuktian masih terbilang inkonsisten, beberapa riset menunjukkan bahwa kondom merupakan sebuah benteng fisik yang efektif terhadap penularan patogen atau bibit penyakit, ungkap Steiner dan Cates.
Sebagai bukti akan efektivitas kondom, Steiner dan cates merujuk pada sebuah tinjauan terbaru yang mengungkapkan bahwa penggunaan kondom juga dapat menurunkan risiko penyakit gonore dan chlamydia baik pada pria maupun wanita. Riset juga menunjukkan bahwa penggunaan kondom yang konsisten dan benar dapat menurunkan risikopenyakit herpes dan infeksi human papillomavirus.
Walaupun begitu, efektivitas kondom masih menjadi perdebatan terutama berkaitan dengan upaya promosi penggunaannya di banyak negara termasuk Amerika Serikat. Masalah lain yang muncul adalah promosi penggunaan kondom pun dapat menimbulkan risiko lainnya.
Tidak sepenuhnya aman
Seperti halnya sebuah alat pengaman (sabuk pengaman atau kantung udara pada kendaraan), para ahli menilai kondom tidaklah 100 persen efektif. Pesan yang akurat tentang kondom seharusnya dibangun dengan risiko pencegahan yang seluas-luasnya serta pendekatan penurunan risiko.
Para ahli menganjurkan agar para dokter memberi penyuluhan kepada orang yang aktif secara seksual bahwa penggunaan kondom dapat menurunkan risiko berbagai jenis infeksi. Mereka juga perlu menekankan pentingnya akan penggunaan kondom yang benar dan konsisten untuk mengurangi risiko secara optimal.
Sementara itu ahli dari Universitas Alberta, Stephen Genuis, berargumen bahwa pendekatan yang lebih komprehensif dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Menurutnya, kondom bukanlah jawaban pasti dalam mengatasi infeksi penyakit seksual, karena alat ini tidak memberikan cukup proteksi terhadap penyakit biasa. Hubungan seksual secara umum melibatkan kontak antara kulit di dalam area genital eksternal yang tidak dilindungi oleh kondom.
Namun problem utama kondom menurutnya adalah kebanyakan orang, terutama remaja dan dewasa, tidak menggunakannya secara konsisten, dan terkesan menghiraukan bukti ilmu pengetahuan. Ia merujuk pada banyak penelitian besar di mana upaya bersama untuk mempromosikan penggunaan kondom secara konsisten terbukti gagal mengendalikan penyebaran penyakit seksual - bahkan di negara-negara dengan pendidikan seks yang maju seperti Kanada, Swedia dan Swiss.
Data juga menunjukkan bahwa mengubah perilaku seksual (setia dengan pasangan, menurunkan jumlah pekerja seks) terbukti lebih baik ketimbang penyebaran kondom dalam menurunkan risiko terjadinya infeksi di beberapa negara seperti Thailand dan Kamboja.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan dua pertiga kasus penyakit menular seksual di dunia terjadi pada remaja dan dewasa muda. Sejauh ini banyak sekali remaja yang belum tersentuh pendidikan seksual khususnya yang terfokus mengenai kondom.
Pori-pori Pada Kondom, Amankah?
http://pendidikanseks.info/wp-content/uploads/2011/01/Pori-pori-polimer-150x150.jpg
Banyak pihak sepertinya telah kehilangan akal untuk mencegah dahsyatnya penyebaran virus HIV dan penyakit AIDS. Karena alasan yang tidak sepenuhnya jujur, mereka cenderung mengambil cara sosialisasi kondom sebagai penyelamat kehidupan. Mereka berupaya keras untuk memberikan penyuluhan dan distribusi kondom ke masyarakat luas dan remaja.
Adalah tidak aneh jika saat ini, dalam benak pelaku seks bebas, kondom adalah penjamin rasa aman perzinahan. Rupanya upaya banyak pihak menanamkan opini bahwa kondom adalah aman dan efektif (safe and effective) telah berhasil. Lebih jauh dari itu, iklan-iklan kondom dengan vulgar mengopinikan bahwa rasa tanggung jawab dan keamanan berhubungan intim dapat disimbolkan dengan penggunaan kondom. Benarkah?
Banyak penelitian yang telah menyimpulkan bahwa efektivitas kondom dalam mencegah kehamilan mencapai 90 persen. Kegagalan sebesar 10 persen lebih banyak dinisbahkan pada penggunaan yang tidak tepat seperti ukuran terlalu sempit, terlalu longgar, robek saat disarungkan, robek saat digunakan, atau berlubang karena cacat produksi. Hal ini lebih masuk akal karena ukuran pori-pori kondom terkecil (5 mikron) hampir sama dengan diameter terbesar sperma (3.5 mikron). Selain sempit, sperma pun akan kesulitan berenang menembus kondom karena ketebalan kondom paling tipis mencapai 194 kali diameter kepalanya.
Sekarang, bagaimana dengan efektivitas kondom untuk membendung penetrasi virus HIV yang hanya berukuran 0.1 mikron? Apa yang bisa Anda bayangkan dengan kelereng (diameter 1.5 cm) yang memasuki gorong-gorong dengan diameter 75 cm? Bukankah kita seperti sedang menyaksikan sebuah dinding pembatas yang penuh lubang labirin menganga memisahkan dua sumber cairan. Hanya faktor waktu yang menghambat kapan virus-virus itu mencemari cairan lainnya. Diperburuk dengan masifnya gerakan mekanis yang menekan cairan, maka perjalanan virus-virus melintasi labirin kondom akan semakin cepat.
Saat ini, ketebalan kondom yang dijual di pasar berkisar antara 483 � 635 mikron. Sedangkan kisaran pori-pori kondom-kondom tersebut saat tidak direntangkan adalah 5 � 50 mikron. Kelihatannya masuk akal jika kegagalan kondom dalam melindungi pelaku seks bebas dari penyakit mematikan HIV-AIDS, dilaporkan oleh Alan Guttmacher Institute pada tahun 1989 mencapai 22.3 persen, British Journal of Medicine pada tahun 1987 mencapai 26 persen, dan New England Journal of Medicine pada tahun 1989 mencapai 33 persen.
Kegagalan peran kondom dalam melindungi kesehatan pelaku seks bebas juga diperburuk dengan sifat dari penyebaran virus HIV yang tidak hanya melalui hubungan intim. Kontak cairan melalui kulit terluka, ciuman mulut (deep kissing), atau kontak cairan non genital lainnya menyebabkan persentase faktanya akan lebih mengerikan. Seperti yang dicatat dalam buku Agar Seks Tidak Salah Jalan, Pendidikan Seks yang Benar untuk Remaja, penyebaran HIV melalui hubungan intim di Indonesia mencapai 49.2 persen. Data dari Ditjen PPL & PM Depkes RI menunjukkan bahwa sejak era reformasi, peningkatan penderita AIDS meningkat sangat tajam.
Syarif Niskala
Penulis buku Agar Seks Tidak Salah Jalan, Pendidikan Seks yang Benar untuk Remaja
[quote]
SUMBER 1 (http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/04/231168/293/14/Kondom-bukan-Pelindung-Tangguh-HIVAids)
SUMBER 2 (http://nasional.kompas.com/read/2008/01/28/10470532/Kondom.Tak.100.Persen.Efektif.)
SUMBER 3 (http://pendidikanseks.info/?p=238)
Semoga informasi ini bermanfaat... :ganteng:
</div>