belanjayuk
27th May 2012, 06:04 PM
Depok-Kota Depok memiliki cukup banyak situs bersejarah yang tak
jarang mengandung unsur supranatural. Salah satunya adalah makam KH
Muhammad Yusuf yang terletak di areal Masjid Jami KH Muhammad Yusuf di
perumahan elite Pesona Khayangan Depok.
KH Muhammad Yusuf yang dikenal dengan sebutan Kong Usup adalah guru
dari pendekar Betawi, Si Pitung. Konon, Si Pitung sering menyusuri
sungai Ciliwung dengan menggunakan getek (perahu dari bambu) menuju
Depok untuk belajar silat di padepokan silat Sinar Cikini.
Kong Usup juga termasuk penasihat spiritual dari Presiden pertama Ir
Soekarno (Bung Karno). Tak jarang dia dijemput oleh supir pribadi
Soekarno, Muhammad Arif, yang ketika itu tinggal di Jalan Raden Saleh
II Jakarta Pusat. Bahkan ketika Bu Fat (Fatmawati Soekarno) melahirkan
Guruh Soekarno, Kong Usup sedang berada di rumah Soekarno sebab saat
itu sedang ada rapat perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sebagai penasihat supranatural kepresidenan ketika itu, Kong Usup
sempat memberikan tongkat komando kepada Soekarno. Kalau kita melihat
tongkat yang sering dibawa Soekarno, itu tongkat dari Kong Usup.
Nama KH Muhammad Yusuf ini juga tak lepas dari perjuangannya melawan
kolonial Belanda di Batavia (Jakarta). Pada tahun 1941, Kong Usup,
yang merupakan Ketua Umum Hisbullah, menyerang batalyon 10 lapangan
Banteng yang merupakan markas Belanda di Batavia. Dalam penyerangan
ini, dia dibantu Hisbullah, pimpinan KH Darif dari Klender.
Saat itu dia orang yang dicari pihak Belanda. Belanda yang licik
berhasil menyandera kedua orang tua Kong Usup, yaitu Kong Sanen dan
Putri Kecil. Kong Usup akhirnya menyerahkan diri kepada Belanda dengan
syarat kedua orang tuanya dibebaskan. Dia pun sempat menjalani hukuman
di Rutan Cipinang Jakarta sebagai tahanan politik kemerdekaan RI.
Keturunan Padjajaran
Kong Usup sendiri masih keturunan Prabu Siliwangi dari Kerajaan
Pajajaran. Ibu Kong Usup bernama Putri Kecil merupakan anak dari
Pangeran Kuflu. Pangeran Kuflu merupakan anak dari Putri Deknor. Putri
Deknor merupakan anak dari Raden Saleh dan Raden Saleh adalah anak
dari Pangeran Jayakarta.
Pangeran Jayakarta merupakan anak dari Raden Syarif Hidayatullah. Ibu
dari Raden Syarif Hidayatullah bernama Nyi Endang Geulis, merupakan
anak dari Prabu Kiansantang. Prabu Kiansantang merupakan putra dari
Prabu Siliwangi, raja Pajajaran.
Kong Usup lahir pada tahun 1873 dan wafat pada 5 Janurai 1971. Masa
kecilnya dihabiskan di daerah Cikini. Dia sempat mendirikan padepokan
silat dengan nama Sinar Cikini. Ilmu silatnya didapat dari KH Muhiddin
Parung Sapi Jasinga yang merupakan murid dari Syech Abdul Muhyi
Pamijahan Tasikmalaya.
Syech Abdul Muhyi merupakan murid dari Syech Abdul Rauf Al-Bagdadi
yang berguru pada Syech Abdul Qodir Jaelani Al-Bagdadi (wali kutub).
Kong Usup pindah ke Depok pada tahun 1890 dan menikah dengan Hj Aisyah
yang asli dari Kampung Serap, Sukmajaya Depok. Mereka dikaruniai 3
anak yakni Hj Hapsah, Hj Aminah dan H Abdullah. Dia juga mendapat
hibah tanah seluas 6,5 hektare dari masyarakat Depok. Tanah seluas itu
digunakan sebagai tempat tinggal dan padepokan Sinar Cikini.
Pimpinan Yayasan As-Syifa, Ustadz Fachruddin Sholeh mengatakan makam
Kong Usup ini sempat beberapa kali mau dipindahkan terkait adanya
beberapa proyek pembangunan di Kota Depok. Pada tahun 1975 makam ini
ingin dipindahkan karena terkena proyek pipa gas alam, namun tidak
berhasil dipindahkan.
Tahun 1997 kembali makam ini harus dipindahkan karena terkena proyek
pembangunan rumah mewah Pesona Khayangan, tetapi upaya pemindahan
makam ini pun tidak berhasil.
"Empat beko yang digunakan untuk menguruk tanah tidak berhasil
menyentuh tanah. Makam Kong Usup ini dijaga oleh 90 sancang (bala
tentara) yang dipimpin oleh Prabu Sangkawang dan Prabu Galuh Wangi,"
ujarnya.
http://cdn-u.kaskus.co.id/38/wmdc401p.jpg
:loveindonesia:loveindonesia
</div>
jarang mengandung unsur supranatural. Salah satunya adalah makam KH
Muhammad Yusuf yang terletak di areal Masjid Jami KH Muhammad Yusuf di
perumahan elite Pesona Khayangan Depok.
KH Muhammad Yusuf yang dikenal dengan sebutan Kong Usup adalah guru
dari pendekar Betawi, Si Pitung. Konon, Si Pitung sering menyusuri
sungai Ciliwung dengan menggunakan getek (perahu dari bambu) menuju
Depok untuk belajar silat di padepokan silat Sinar Cikini.
Kong Usup juga termasuk penasihat spiritual dari Presiden pertama Ir
Soekarno (Bung Karno). Tak jarang dia dijemput oleh supir pribadi
Soekarno, Muhammad Arif, yang ketika itu tinggal di Jalan Raden Saleh
II Jakarta Pusat. Bahkan ketika Bu Fat (Fatmawati Soekarno) melahirkan
Guruh Soekarno, Kong Usup sedang berada di rumah Soekarno sebab saat
itu sedang ada rapat perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sebagai penasihat supranatural kepresidenan ketika itu, Kong Usup
sempat memberikan tongkat komando kepada Soekarno. Kalau kita melihat
tongkat yang sering dibawa Soekarno, itu tongkat dari Kong Usup.
Nama KH Muhammad Yusuf ini juga tak lepas dari perjuangannya melawan
kolonial Belanda di Batavia (Jakarta). Pada tahun 1941, Kong Usup,
yang merupakan Ketua Umum Hisbullah, menyerang batalyon 10 lapangan
Banteng yang merupakan markas Belanda di Batavia. Dalam penyerangan
ini, dia dibantu Hisbullah, pimpinan KH Darif dari Klender.
Saat itu dia orang yang dicari pihak Belanda. Belanda yang licik
berhasil menyandera kedua orang tua Kong Usup, yaitu Kong Sanen dan
Putri Kecil. Kong Usup akhirnya menyerahkan diri kepada Belanda dengan
syarat kedua orang tuanya dibebaskan. Dia pun sempat menjalani hukuman
di Rutan Cipinang Jakarta sebagai tahanan politik kemerdekaan RI.
Keturunan Padjajaran
Kong Usup sendiri masih keturunan Prabu Siliwangi dari Kerajaan
Pajajaran. Ibu Kong Usup bernama Putri Kecil merupakan anak dari
Pangeran Kuflu. Pangeran Kuflu merupakan anak dari Putri Deknor. Putri
Deknor merupakan anak dari Raden Saleh dan Raden Saleh adalah anak
dari Pangeran Jayakarta.
Pangeran Jayakarta merupakan anak dari Raden Syarif Hidayatullah. Ibu
dari Raden Syarif Hidayatullah bernama Nyi Endang Geulis, merupakan
anak dari Prabu Kiansantang. Prabu Kiansantang merupakan putra dari
Prabu Siliwangi, raja Pajajaran.
Kong Usup lahir pada tahun 1873 dan wafat pada 5 Janurai 1971. Masa
kecilnya dihabiskan di daerah Cikini. Dia sempat mendirikan padepokan
silat dengan nama Sinar Cikini. Ilmu silatnya didapat dari KH Muhiddin
Parung Sapi Jasinga yang merupakan murid dari Syech Abdul Muhyi
Pamijahan Tasikmalaya.
Syech Abdul Muhyi merupakan murid dari Syech Abdul Rauf Al-Bagdadi
yang berguru pada Syech Abdul Qodir Jaelani Al-Bagdadi (wali kutub).
Kong Usup pindah ke Depok pada tahun 1890 dan menikah dengan Hj Aisyah
yang asli dari Kampung Serap, Sukmajaya Depok. Mereka dikaruniai 3
anak yakni Hj Hapsah, Hj Aminah dan H Abdullah. Dia juga mendapat
hibah tanah seluas 6,5 hektare dari masyarakat Depok. Tanah seluas itu
digunakan sebagai tempat tinggal dan padepokan Sinar Cikini.
Pimpinan Yayasan As-Syifa, Ustadz Fachruddin Sholeh mengatakan makam
Kong Usup ini sempat beberapa kali mau dipindahkan terkait adanya
beberapa proyek pembangunan di Kota Depok. Pada tahun 1975 makam ini
ingin dipindahkan karena terkena proyek pipa gas alam, namun tidak
berhasil dipindahkan.
Tahun 1997 kembali makam ini harus dipindahkan karena terkena proyek
pembangunan rumah mewah Pesona Khayangan, tetapi upaya pemindahan
makam ini pun tidak berhasil.
"Empat beko yang digunakan untuk menguruk tanah tidak berhasil
menyentuh tanah. Makam Kong Usup ini dijaga oleh 90 sancang (bala
tentara) yang dipimpin oleh Prabu Sangkawang dan Prabu Galuh Wangi,"
ujarnya.
http://cdn-u.kaskus.co.id/38/wmdc401p.jpg
:loveindonesia:loveindonesia
</div>