ACY - Analisa Market

15th January 2019 07:34 PM djamirun_aje#201
Sterling Kokoh Jelang Voting Brexit

Pada 23 Juni 2016 silam, warga Inggris berpartisipasi dalam sebuah referendum untuk menentukan apakah Inggris akan tetap menjadi anggota Uni Eropa atau justru meninggalkan kesatuan tersebut. Ketika 52% suara menyatakan lebih memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, pasar terkejut karena hasil ini tak diperkirakan oleh sebagian besar pihak.

Pengaruhnya terhadap pasar forex terbilang cepat dan sangat signifikan, mengingat GBP/USD langsung terjun dari 1.5030 ke bawah kisaran 1.3220, setelah Exit Poll menunjukkan tanda-tanda kemenangan pendukung "leave". Penurunan tajam sebesar 12% di hari itu kemudian menjadi standar pergerakan Sterling di waktu selanjutnya, ketika proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa rutin didiskusikan.

Selama 2.5 tahun ini, negosiasi-negosiasi antara Inggris dan Uni Eropa terus berlarut-larut dan terkadang berjalan alot. Mata uang Inggris pun senantiasa melemah tajam setiap kali muncul kabar kemunduran progres Brexit.

Namun demikian, dengan voting terpenting terhadap rencana Brexit yang dijadwalkan berlangsung Selasa ini (15/Januari), GBP/USD justru menunjukkan sinyal reversal kenaikan sejak Jumar lalu (11/Januari). Pergerakan ini berlanjut dengan kenaikan hingga sesi Asia hari ini.

Tampaknya, para trader forex sudah memperhitungkan hal-hal di luar voting Brexit, mengingat proses ini sudah diperkirakan berakhir dengan suara tidak setuju dari sebagian besar anggota Parlemen. Sebaliknya, pasar lebih menginterpretasi kemungkinan perpanjangan deadline 29 Maret, yang dipatok sebagai waktu resmi keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Jika deadline tersebut benar diperpanjang, maka ini akan menjadi sinyal yang lebih bullish bagi Sterling ketimbang penerapan rencana Brexit saat ini, atau malah Brexit yang tanpa kesepakatan.

Outlook teknikal Pound menunjukkan dukungan Price Action untuk kenaikan korektif dalam jangka pendek. ACY memandang level 1.2870 sebagai resistance terdekat, dengan kisaran 1.2980 sebagai resistance kunci selanjutnya. Akan tetapi, risiko penurunan tampak dari sinyal MACD dan RSI yang saat ini bergerak melemah.

Rilis data perdagangan China hari ini yang menunjukkan surplus bulanan terbesar agaknya sedikit menekan Dolar Australia. Secara teknikal, pair AUD/USD sudah mencapai Overbought, sebagaimana ditunjukkan oleh indikator-indikator momentum ACY yang kini mulai bergerak turun.

Sementara itu, USD/JPY melanjutkan pemulihan dari Flash Crash yang terjadi pada 3 Januari lalu. Akan tetapi, pair tersebut berpapasan dengan resistance di level 109.00. Korelasi USD/JPY dengan SP 500 menunjukkan bahwa buy di harga yang lebih rendah akan lebih masuk akal untuk situasi saat ini, daripada sekedar mengikuti momentum perdagangan di level tinggi. Oleh karena itu, ACY lebih memilih menempatkan order buy di bawah level harga saat ini.
Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
15th January 2019 07:38 PM djamirun_aje#202
Nikmati Bonus Deposit Tahun Baru 15 Persen Bersama ACY
Sambut tahun baru ini dengan semangat trading bersama broker ACY. Selama bulan Januari 2019 ini, broker teregulasi ASIC ini mempersembahkan bonus deposit tahun baru hingga 15% untuk para tradernya. Yang lebih seru lagi, bonus trading ini dapat ditarik jika telah memenuhi ketentuan yang berlaku.

Dengan bonus deposit tahun baru dari ACY, trader dapat memulai aktivitas trading dengan modal yang lebih besar, sehingga lebih banyak juga peluang yang bisa diambil.

https://i.gyazo.com/a3adf489af1ec172...cd1575d00d.png
Bagaimana Cara Mendapatkan ACY New Year Bonus?
Promosi bertajuk 2019 NYB ini terbuka untuk semua trader yang menaruh deposit minimal 100 USD. Setelah melakukan deposit, cukup masukkan tiket untuk klaim NYB di CloudHub, atau kirimkan email ke support@acy.com dengan kode "2019NYB" sebagai subyeknya.

Semua deposit senilai minimal 100 USD yang masuk mulai tanggal 1 Januari 2019, berhak untuk memanfaatkan promosi dari ACY. Perhitungan bonus yang akan diberikan adalah sebagai berikut:

Nilai deposit 100-999 USD, mendapatkan bonus sebesar 10%
Nilai deposit di atas 1,000 USD, mendapatkan bonus sebesar 15%
Total bonus yang bisa didapatkan maksimal 3,000 USD, atau disesuaikan dengan mata uang yang digunakan. Trader harus melakukan klaim paling lambat 7 hari setelah melakukan deposit di akun trading.

Perlu diingat, persyaratan untuk menarik bonus tahun baru dari ACY adalah trader harus memenuhi rasio lot yang ditentukan. Misalnya, jika trader berdeposit sebesar 200 USD dan 20 USD bonus diklaim selama masa promosi, maka trader harus membuka 4 lot. Saat volume trading total terpenuhi, barulah bonus bisa ditarik ke rekening bank.

Segera manfaatkan penawaran menarik dari ACY ini, karena promosi akan berakhir pada tanggal 31 Januari 2019. Untuk informasi lebih lengkap, silakan kunjungi situs ACY, hubungi kontak telepon +61 2 9188 2999, atau kirim email ke support@acy.com.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
18th January 2019 07:54 PM djamirun_aje#203
Kebuntuan Brexit Membebani Euro
Sesuai ekspektasi, draft kesepakatan Brexit Theresa May tidak diloloskan parlemen dalam proses voting yang digelar minggu ini. Yang di luar dugaan adalah, rancangan tersebut akan dikenang sebagai rencana kebijakan dengan suara penolakan terbanyak dari anggota parlemen Inggris dalam lebih dari 100 tahun terakhir.

Lompatan mundur yang sangat masif dalam progres Brexit ini memberi celah bagi pihak oposisi untuk kembali menggalang voting mosi tidak percaya, yang berhasil dimenangkan PM May dengan selisih tipis hanya 19 suara.

Dampak menarik dari dua voting tersebut adalah tuntutan pemimpin pihak oposisi, Jeremy Corbyn, untuk mengeliminasi kemungkinan Brexit "tanpa kesepakatan" dalam rencana baru yang akan didiskusikan May dengan Uni Eropa. Menurut ACY, permintaan itu tak mungkin diwujudkan tanpa mengacaukan hasil negosiasi Inggris dan Uni Eropa sebelumnya.

Jika merunut gejolak Brexit selama ini, mungkin banyak yang mengira jika trader forex akan lebih memilih untuk menjual Sterling. Nyatanya, hal itu tidak terjadi.

Sejak awal minggu ini, Sterling telah mencatatkan penguatan 3.0% terhadap Euro, 1.3% terhadap Dolar Australia, dan lebih dari 1% terhadap Dolar AS. Tampaknya, pasar lebih mempertimbangkan keterbukaan Uni Eropa untuk memberikan perpanjangan deadline Brexit, dari yang semula ditargetkan pada tanggal 29 Maret menjadi paruh kedua 2019. Proyeksi ini menjadi bahan pertimbangan positif bagi trader Sterling.

Di tengah suasana ricuh "Yellow Vest" di Perancis, krisis perbankan di Italia dan Spanyol, serta antisipasi pemilu parlemen Uni Eropa di bulan Mei, cukup masuk akal untuk memperkirakan keunggulan posisi Inggris dalam negosiasi Brexit selanjutnya. Oleh karenanya, ACY memproyeksi jika Sterling akan menambah kenaikan terhadap Euro dan AUD, serta semakin mempertegas penguatannya terhadap Dolar AS dalam beberapa minggu ke depan.

Sementara itu, Sebuah laporan dari Reuters di pekan ini memaparkan bahwa bank-bank Italia tengah kesulitan mendapat likuiditas dari pasar swasta, semenjak ECB menghentikan program pembelian QE-nya.

Diperkirakan, bank-bank besar di Italia perlu memenuhi target 50 hingga 60 miliar Euro untuk memenuhi Net Stable Funding Ratio pada akhir Juni mendatang. Dalam situasi seperti ini, akan cukup mustahil bagi ECB untuk meningkatkan suku bunga acuannya. Rapat kebijakan ECB pekan depan akan dinanti karena dapat memberi petunjuk mengenai potensi TLTRO berikutnya.

Di lain pihak, pergerakan harian Dolar Australia mendapat lecutan dari ulasan WSJ yang membahas kemungkinan penurunan tarif impor AS terhadap barang-barang China, jelang libur Imlek awal Februari mendatang. Namun demikian, penguatan AUD terhenti di kisaran 0.7220, tepat setelah Departemen Keuangan AS menepis kabar tersebut.

Ekspektasi pemotongan suku bunga RBA di tahun ini terus tumbuh. AMP memproyeksikan jika suku bunga akan berada di level 1.0% pada pertengahan tahun 2020.

USD/JPY terus menunjukkan pemulihan pasca diterpa Flash Crash yang terjadi 3 Januari lalu. Akan tetapi, pergerakan harga kemungkinan akan menguji resistance 109.80 sebelum bisa naik lebih lanjut.

Meskipun pasar saham global sudah menguat minggu ini, korelasi antara USD/JPY dengan SP 500 masih mengindikasikan jika buy di harga lebih rendah adalah aksi yang lebih masuk akal, daripada mengikuti momentum perdagangan di level tinggi.
Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
22nd January 2019 07:21 PM djamirun_aje#204
Rapat BoJ Dan ECB Jadi Fokus Pasar Minggu Ini

Pekan ini, BoJ dan ECB akan mengadakan rapat kebijakan pertama di tahun 2019. Dalam analisa-analisa sebelumnya, ACY telah menekankan pentingnya kebijakan suku bunga bank sentral sebagai penggerak tren mata uang selama dua tahun terakhir.Pergerakan Dolar AS versus mata uang G7 lainnya telah terapresiasi, seiring dengan semakin melebarnya kesenjangan pertumbuhan dan ekspektasi suku bunga AS dengan negara-negara maju lainnya. Menjelang pertemuan BoJ dan ECB, pasar tampaknya perlu meninjau kembali data-data makroekonomi terbaru.

Produksi industri AS untuk bulan lalu mencatatkan pertumbuhan ke 4% dalam basis tahunan. Output industri Zona Euro justru terkontraksi, sementara data Jepang masih menunjukkan kenaikan.Melihat pelemahan di beberapa data berdampak tinggi selama beberapa minggu terakhir, besar kemungkinan bagi BoJ dan ECB untuk semakin mempertimbangkan risiko divergensi pertumbuhan dalam rapat kebijakan mereka.

Sejak pertemuan ECB terakhir pada Desember 2018 lalu, data-data PMI Zona Euro memperpanjang kontraksi selama 4 bulan berturut-turut. Dan meskipun cukup wajar bagi para pembuat kebijakan ECB untuk memperhitungkan tensi dagang sebagai masalah utama untuk sektor manufaktur, pelemahan berkelanjutan dari PMI Jasa telah cukup mengindikasikan jika suku bunga acuan ECB tak akan mengalami perubahan hingga semester kedua 2019.

Dalam konferensi pers yang digelar pasca pertemuan kali ini, ACY memprediksi jika Presiden ECB Mario Draghi akan menyoroti perkembangan kecil pada data ketenagakerjaan Uni Eropa di bulan ini, sebagai sinyal awal bagi pertumbuhan lebih lanjut di area tersebut.Di sisi lain, data inflasi Jepang kembali melanjutkan penurunan yang sudah terbentuk dalam 12 bulan terakhir, baik di sektor harga makanan maupun energi. Data kunci CPI jatuh dari 0.9% ke 0.7%, semakin jauh dari target BoJ yang sebesar 2.0%. Tersebar isu bahwa bank sentral tersebut berencana menurunkan target inflasi. Jika benar, hal ini akan menjadi sinyal dovish bagi trader forex.

Secara teknikal, USD/JPY mencapai level tertinggi 2 minggu di 109.90 akhir pekan lalu. Outlook pair tersebut cukup positif di awal minggu ini, meski belum berhasil tertutup di atas level MA 30 sejak 14 Desember lalu, yang berada di kisaran 110.40.Pada sesi London Jumat lalu (18/Januari), Sterling sempat menguat hingga mendekati level tinggi 2 bulan di kisaran 1.3000, sebelum akhirnya mengalami reversal tajam dan tertutup di kisaran 1.2850. PM May akan segera mengajukan revisi rencana Brexit-nya, tapi proses voting baru akan dijadwalkan pada pekan depan.

Pemulihan AUD/USD dari level terendah 0.6740 yang sudah berlangsung selama 2 pekan, tampaknya sudah kehilangan tenaga. Hal itu terlihat dari momentum Upside yang tertolak dua kali di dekat level 0.7235. Baik sinyal MACD maupun Stochastic bersilangan dengan RSI di atas 50.00, dan tampak bersiap menurun.AUD/USD kemungkinan akan terkonsolidasi di atas 0.7150 jelang rilis data ketenagakerjaan Australia Kamis mendatang (24/Januari). Namun jika harga justru melemah, break dari 0.7140 akan memicu penurunan lebih lanjut ke 0.7100.
23rd January 2019 04:41 AM whiteking#205
GBPUSD pada sesi perdagangan hari selasa mengalami kenaikan yang cukup tajam pada perubahan harga pasangan ini,isu tentang brexit masih cukup rentan dan sering memberikan pengaruh terhadap mata uang sterling dimana pergerakan harganya menjadi lebih volatil

Sementara USDJPY terihat bergerak dengan membentuk bear candle pada sesi perdagangan hari selasa, kondisi ini kemungkinan dipengaruhi olehberita fundamental jepang
29th January 2019 07:13 PM djamirun_aje#206
Akankah FOMC Menunda Normalisasi Kebijakan The Fed?
Setelah BoJ dan ECB masing-masing menurunkan proyeksi ekonomi, Indeks Dolar tampak mendapat dorongan untuk menguji level tinggi 3 minggu di kisaran 96.65 pada Jumat akhir pekan lalu (25/Januari). Akan tetapi, dua berita susulan yang beredar pada sesi Eropa hari itu memicu reversal tajam dalam pergerakan Greenback.

Isu pertama berasal dari spekulasi pejabat Departemen Keuangan AS, yang memprediksi jika pertemuan dengan China pada pekan ini akan menghasilkan dasar-dasar kesepakatan yang komprehensif, untuk meringankan tensi dagang antara kedua negara. Karena hal seperti ini sudah pernah diungkapkan sebelumnya, ACY tak terlalu yakin jika janji China untuk meningkatkan pembelian barang-barang dari sektor pertanian AS dan komitmennya untuk mengurangi surplus perdagangan dengan Negeri Paman Sam, akan cukup digunakan sebagai penawaran yang menggantikan tarif dagang saat ini.

Sementara itu, berita kedua muncul dari artikel Wall Street Journal yang mengutip pejabat FOMC, tentang penyataan terkait rencana The Fed untuk "mengurangi atau menghentikan sementara" proses tapering dari Balance Sheet bank sentral AS, secepat-cepatnya pada pertemuan FOMC pekan ini. Kabar itulah yang benar-benar mendorong para trader untuk menjual USD. Pada penutupan sesi New York Jumat kemarin, mata uang mayor seperti EUR, AUD, GBP, dan NZD telah menguat lebih dari 1% terhadap Dolar AS.

Karena Fed Funds Futures sudah memprediksikan jika kemungkinan Rate Hike pada pertemuan Kamis pekan ini tidak lebih dari 10%, pernyataan seputar Balance Sheet The Fed akan menjadi sorotan utama yang bisa menggerakkan pasar mata uang sebelum rilis NFP AS pada keesokan harinya.

Dengan banyaknya faktor pemicu yang akan mempengaruhi pasar forex, ACY merasa perlu untuk meninjau ulang tapering The Fed sejauh ini, dan apa yang bisa diharapkan market dari pidato Jerome Powell dalam konferensi pers-nya.

Selama berlangsungnya program QE The Fed, Balance Sheet membengkak dari 1.8 triliun Dolar AS menjadi 4.5 triliun Dolar AS pada Oktober 2017. Saat itu adalah periode ketika The Fed mulai mengurangi pembelian obligasi senilai 10 miliar Dolar AS per bulan. Di bulan Oktober 2018, laju pengurangan tersebut meningkat hingga 50 miliar Dolar AS per bulan, sehingga nantinya bisa membentuk total pengurangan sebanyak 400 miliar Dolar AS.

Komposisi Balance Sheet The FED secara umum terdiri dari aset-aset US Treasury dan Mortgage-backed Securities (MBS). Jika program tapering berjalan sesuai rencana awal The Fed, aset US Treasury senilai 256.4 miliar Dolar AS dan MBS senilai 205.7 miliar Dolar AS akan dikurangkan dari Balance Sheet pada tahun 2019. Jumlah penyusutan yang terakumulasi sebesar 462.1 miliar Dolar AS itu, mewakili 12% dari keseluruhan Balance Sheet The Fed.

Jika pada pekan ini FOMC memutuskan untuk mengubah rencana awalnya, maka menurut perkiraan ACY, langkah paling logis selanjutnya adalah untuk tetap melanjutkan pengurangan aset-aset Treasury dan MBS. Dari perspektif efektivitas transaksi dan prosedur pelakasanaannya, akan lebih mudah bagi bank sentral AS untuk kembali berinvestasi pada Treasury ketimbang MBS, karena pasar Treasury yang likuid tidak menyajikan risiko tinggi seperti halnya pada pasar hipotek.

Menurut ACY, para pengamat pasar yang memprediksi pengurangan tajam atau penghentian sementara pada program penyusutan Balance Sheet, terlalu menganggap remeh komitmen Powell dan anggota FOMC. Sekalipun para pembuat kebijakan The Fed tersebut memangkas rencana pengurangan Balance Sheet sebesar setengah dari yang seharusnya, tindakan tersebut tetap berhasil menyusutkan Balance Sheet sebesar 6%, dan saat ini, tidak ada satu pun bank sentral dari negara-negara G7 lain yang mampu menandingi langkah tersebut.

Oleh karena tu, ACY memandang jika pelemahan Dolar AS jelang FOMC meeting pada pekan ini hanya bersifat korektif atau sementara. Di sisi lain, Pair AUD/USD bisa berlanjut naik hingga ke 0.7205, dengan target resistance berikutnya di area 0.7225. Sterling akan kembali diguncang oleh masalah Brexit, yang lagi-lagi berpusat pada persoalan Backstop Irlandia.
30th January 2019 10:59 AM broforex#207
https://charts.mql5.com/20/286/gbpus...al-limited.png


GBPUSD hari ini jika kita perhatikan, trend besar nya adalah naik / bullish, maka dari itu silahkan Anda open posisi buy untuk hari ini, Anda bisa open posisi buy sekarang di titik 1.30645 dengan TP di titik 1.31419
25th February 2019 07:35 PM djamirun_aje#208
Persiapan Menyambut Pekan Penuh Data Krusial
Menurut laporan statistik Bank of International Settlements (BIS), EUR/USD dan USD/JPY sejauh ini menjadi pasangan mata uang dengan turnover dan volume harian terbesar. Faktanya, arus harian dari dua pair tersebut jauh lebih unggul ketimbang nilai perdagangan dari kombinasi pair mata uang negara-negara G7, dengan selisih hingga 1.75 poin.

Namun menariknya, sepanjang pekan lalu yang diwarnai oleh banyak berita berdampak tinggi, EUR/USD hanya bergerak dalam range 90 poin antara 1.1280 dan 1.1370. Dan meskipun USD/JPY membukukan kenaikan dalam 3 minggu berturut-turut, harga tak pernah keluar dari range 60 poin di antara 110.35 dan 110.95.

Sebagai perbandingan, range pergerakan EUR/NZD justru mencapai 365 poin di sepanjang minggu lalu. Sementara itu, EUR/AUD mencatatkan range hingga 270 poin dalam jangka waktu 1 hari saja, tepatnya pada Kamis 21 Februari lalu.

Jika ditelusuri lebih lanjut, dalam waktu 3 minggu ke belakang, range EUR/USD dan USD/JPY telah tersusutkan hingga sedemikian rupa; volatilitas 3 bulanan USD/JPY mengecil hingga setara dengan tingkat terendah 5 tahun terakhir (6.1%), sementara volatilitas 3 bulanan EUR/USD bahkan mencapai level terendah 7 tahun di kisaran 6.2%.

Adanya penurunan range pergerakan pair-pair mayor disinyalir ACY berkaitan dengan negosiasi dagang yang masih berlangsung antara AS dan China, iklim risk on yang relatif tinggi di pasar ekuitas global, serta komentar-komentar dovish yang terus berdatangan dari ECB, BoJ, juga The Fed.

Meski demikian, jadwal rilis data di minggu ini penuh dengan laporan ekonomi berdampak tinggi, yang berpotensi bisa menggenjot range pergerakan harga di semua pair mata uang negara-negara G7.

Data berdampak tinggi Eropa terus melorot sejak awal tahun ini, khususnya pada Manufacturing PMI Zona Euro yang mengalami Downtrend sedari Juli tahun lalu. Pada rilis Jumat esok (1/Maret), data PMI tersebut diproyeksikan terkontraksi di bawah level 50 dalam 2 bulan secara berturut-turut.

Sementara itu, rilis CPI yang juga dijadwalkan pada hari Jumat diekspektasikan meningkat tipis ke 1.6%, ditunjang oleh kenaikan harga minyak mentah selama 6 minggu terakhir. Berdasarkan pernyataan akhir-akhir ini dari pejabat ECB, bank sentral akan mengumumkan kembalinya TLTRO pada pertemuan bulan depan jika data Manufacturing PMI dan CPI tidak naik signifikan.

Di negeri seberang, ada rilis GDP AS kuartal keempat 2018 yang dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis (28/Februari). Forecast untuk data itu mengestimasi pertumbuhan 2.4%. Jika dibandingkan dengan data Zona Euro yang cuma sebesar 1.6%, maka rilis GDP AS tentu semakin menggarisbawahi divergensi pertumbuhan ekonomi yang menekan pergerakan EUR/USD di sepanjang tahun 2018.

Data-data utama dari Jepang di minggu ini adalah Industrial Production dan Retail Sales. Keduanya dipublikasikan pada hari Kamis, kemudian diikuti oleh laporan Consumer Confidence di sesi Asia hari Jumat. Pertumbuhan konsumsi domestik senantiasa menjadi kunci penting bagi BoJ untuk membuat forecast inflasi dan penyesuaian kebijakan moneter.

Dari perspektif teknikal, USD/JPY belum pernah diperdagangkan di luar area 110.00 dalam 2 minggu terakhir. Meskipun pair tersebut membuat kemajuan signifikan sejak terjadi Flash Crash yang menekan harga hingga ke area 105.00 pada 3 Januari lalu, momentum upside telah melambat di kisaran resistance 111.35 dan 111.60. Sementara itu, Parabolic Daily sudah bertransisi ke level 110.55.

Setelah pemerintahan AS memperpanjang deadline untuk penerapan bea impor berikutnya, S&P 500 menyentuh 2800, dan ACY melihat hal ini sebagai penanda dimulainya periode risk off di pasar ekuitas global. Konsekuensinya, USD/JPY bisa bergerak menurun.

Sementara di Australia, satu-satunya data ekonomi berdampak tinggi pada pekan ini adalah laporan kuartalan Capex, yang akan diterbitkan di hari Kamis. ACY memperkirakan jika Aussie tak hanya akan mempertimbangkan data tersebut, tapi juga bakal merespon data PMI China yang juga dirilis di hari Kamis.

Sekalipun terdapat outlook bagi AUD/USD untuk kembali reli ke area 0.7200 apabila laporan Capex mematahkan 3 kontraksi beruntun dari periode sebelumnya, harga masih bisa kembali turun hingga menembus 0.7050.

Sterling menjadi mata uang G7 terkuat pekan lalu, dengan menguat 1.35% terhadap USD. Tampaknya, penggerak utama GBP/USD adalah sampai berapa lama tenggat waktu Brexit akan ditunda. Seiring dengan penantian akan hal itu, tertahannya voting PM May hingga 12 Maret dapat menyuntikkan dukungan bagi Poundsterling.

Indikator-indikator momentum ACY terlihat menunjukkan sinyal positif, dengan RSI dan Slow Stochastics yang sama-sama bergerak naik. Formasi Double Top 1.3215 tampaknya bisa menjadi target yang realistis di minggu ini.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
5th March 2019 07:32 PM djamirun_aje#209
Akankah ECB Mengumumkan TLTRO?
Pasar forex minggu ini didominasi oleh pertemuan bank sentral negara-negara G7. Reserve Bank of Australia (RBA) mengumumkan kebijakan suku bunganya pada hari Selasa (5/Maret), sementara Bank of Canada (BoC) dan European Central Bank (ECB) akan menyiarkan kebijakan terbaru mereka masing-masing pada Rabu (6/Maret) dan Kamis (7/Maret) mendatang.

Dari 3 event bank sentral tersebut, hanya pengumuman ECB yang diproyeksi bisa menggerakkan pasar. Sekalipun suku bunga bank sentral tersebut tak mengalami perubahan, masih ada 2 aspek lain dari rapat ECB yang bisa mempengaruhi irama pasar forex pada sesi London esok lusa:

Sebagaimana rapat-rapat kuartalan sebelumnya, ECB akan meng-update penilaian mereka terhadap risiko dan Outlook ekonomi. Semenjak forecast terakhir pada Desember lalu, rerata inflasi Zona Euro telah selip dari 1.2% ke 1.0%, disusul dengan data-data PMI yang terperosok ke level terendah beberapa tahun terakhir. Satu-satunya perkembangan positif datang dari angka ketenagakerjaan yang mengalami perlambatan penurunan. Merunut info-info tersebut, penilaian ECB kali ini boleh jadi tak akan membawa berita baik bagi Bull Euro.
Ketua ECB, Mario Draghi, kemungkinan akan memutuskan dimulainya kembali Targeted Long-Term Refinancing Operations (TLTROs).
Sebagai informasi, kebijakan TLTRO bukanlah QE atau stimulus finansial, tetapi merupakan praktik penyuntikan dana ke bank-bank Eropa untuk menghindari tekanan terhadap likuiditas secara temporer. Jika benar-benar diterapkan, langkah ini akan menjadi yang ketiga kalinya bagi ECB. Sebelumnya, bank sentral tersebut telah melangsungkan TLTRO pada tahun 2014 (sebanyak €420 miliar) dan 2016 (€365 miliar).

Mengingat durasi pinjaman yang diberlakukan adalah 4 tahun, ronde baru TLTRO akan memungkinkan bank-bank Uni Eropa untuk melakukan refinancing, sebelum beralih dari obligasi jangka panjang ke obligasi jangka pendek yang berdurasi 1 tahun atau bahkan kurang. Terkait hal ini, analis ACY masih bertanya-tanya: hal positif apa yang diharapkan Draghi dengan mengumumkan bailout perbankan Uni Eropa untuk ketiga kalinya dalam kurun waktu 5 tahun?

Di tahun 2018, ECB mengadakan rapat sebanyak 8 kali, dan 7 di antaranya selalu diikuti dengan penurunan harga EUR/USD. Meski apapun bisa terjadi di pasar forex, kecil kemungkinan bagi EUR/USD untuk bullish jika sentimen forecast ECB tidak terlalu menjanjikan. Hal ini ditambah pula dengan prospek suntikan dana sebesar 300 atau 400 miliar Euro pada sistem perbankan Uni Eropa.

Setelah menguat hingga 1% di minggu lalu, GBP/USD mengumpulkan total kenaikan hingga 3% di sepanjang tahun ini. Dengan voting Brexit yang sedianya berlangsung pekan depan, ACY memperkirakan adanya tekanan di area Top pergerakan harga saat ini. Daily RSI sudah menyentuh level Overbought (71.00) pada Rabu minggu lalu, diikuti dengan pelemahan ke 61.00. Outlook selanjutnya untuk pair ini adalah pullback hingga ke kisaran 1.3100.

ACY tidak mengekspektasikan reaksi market yang signifikan dari pengumuman RBA hari ini, begitu pula dengan laporan GDP kuartalan yang akan dirilis Rabu besok. Jika memperhatikan komponen-komponen yang terus menurun dalam beberapa bulan terakhir, GDP Australia berpeluang dirilis dengan hasil negatif untuk yang pertama kalinya sejak Desember 2016. Pada tinjauan pergerakan AUD/USD, momentum negatif telah melambat seiring dengan merapatnya harga di range support 0.7040-0.7060.

Sementara itu, USD/JPY diperdagangkan di atas level 112.00 untuk pertama kalinya di tahun ini pada hari Jumat lalu (1/Maret). Namun di sesi Asia hari ini, pair tersebut sudah terkonsolidasi di atas 111.80.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
19th March 2019 07:20 PM djamirun_aje#210
Dolar AS Selip Jelang Pertemuan FOMC
Terdapat dua event penting minggu ini yang akan mempengaruhi arah pergerakan harga di pasar forex. Pertama, voting baru mengenai rancangan kesepakatan Brexit pada hari Selasa (19/Maret). Kedua, Federal Open Market Committee (FOMC) akan mengumumkan kebijakan suku bunga dan proyeksinya pada hari Rabu (waktu AS).

Untuk hari Selasa ini, Parlemen Inggris akan menggelar voting ketiga untuk draft Brexit yang diajukan Theresa May. Rencana Brexit itu sudah dua kali tidak disetujui. Namun ada baiknya untuk tidak meremehkan kecenderungan para politikus yang bisa membalik pandangan mereka mengenai suatu kebijakan. Sekalipun demikian, masih sulit untuk memprediksi dengan pasti, apakah rencana Brexit May akhirnya dapat diloloskan setelah ditolak dua kali dalam voting-voting sebelumnya.

Karena kondisi Brexit yang masih rumit, ACY lebih memusatkan fokus update forex pada minggu ini pada pengaruh potensial dari Statement FOMC terhadap pair-pair mayor.

Mengingat FOMC telah mengubah jadwal konferensi persnya menjadi setiap usai pertemuan bulanan, maka minggu ini, meeting FOMC juga akan disertai pengumuman mengenai kebijakan suku bunga, yang saat ini masih berada di kisaran 2.50%. Walaupun konsensus pasar yang mengekspektasikan perubahan suku bunga sudah nyaris nol persen, Statement dan konferensi pers pasca meeting tetap sangat berpengaruh bagi interpretasi para trader forex, terutama mengenai pandangan dovish Fed semenjak kenaikan suku bunga terakhir pada Desember lalu.

Sementara itu, outlook The Fed mengenai ekonomi AS kemungkinan tak mengalami perubahan, walaupun lanskap finansial saat ini telah banyak berubah sejak akhir tahun lalu. Sebagai contoh, S&P 500 menguat lebih dari 12% sejak awal Januari 2019, Yield Obligasi 10-tahunan merosot dari 3.20% ke 2.60%, sementara Indeks Dolar AS terperosok hampir 2.0% dari 97.60 menuju 96.00.

Sejauh ini, tekanan dari saham-saham AS, ditambah dengan peningkatan Yield Obligasi dan penguatan USD, adalah 3 aspek kunci yang mendorong The Fed untuk meringankan langkah agresif mereka terhadap kebijakan suku bunga, juga pengurangan Balance Sheet. Lantas sekarang, bagaimana keadaannya?

Pada pertemuan Desember lalu, dot plot kenaikan suku bunga The Fed hanya menunjukkan 2 dari 17 anggota yang meyakini jika bank sentral tidak perlu menaikkan suku bunga di tahun 2019. Empat pejabat berpendapat jika satu Rate Hike sudah ideal, sementara 11 anggota lainnya memilih 2 Rate Hike atau lebih. Dari kesebelas pejabat tersebut, 6 berpihak pada 3 Rate Hike, sedangkan 5 sisanya mempertimbangkan jika 2 kali kenaikan saja sudah cukup.

Jika kita memperhatikan siklus terbaru dari pertumbuhan GDP AS yang cenderung melambat di Q1 kemudian rebound di kuartal-kuartal berikutnya, cukup tidak realistis untuk mengharapkan 11 pendukung Rate Hike di atas bisa mengubah pandangan mereka menjadi nol kenaikan suku bunga.

Secara keseluruhan, ACY meyakini jika proyeksi median dari dot plot suku bunga akan mencerminkan setidaknya satu Rate Hike, masing-masing di tahun 2019 dan 2020. Lebih lanjut, ACY juga berpendapat jika ada 50% peluang bagi Statement FOMC minggu ini untuk menjelaskan rencana lebih detail mengenai pengurangan Balance Sheet. Setidaknya, Ketua The Fed Jerome Powell akan membahas masalah terlebut dalam konferensi persnya.

Pasar saat ini lebih memperkirakan jika The Fed akan berbias dovish, dan potensi Rate Hike akan dieliminasi dalam Statement minggu ini. Itulah mengapa, USD terlihat bergerak melemah terhadap mata uang mayor lain di sesi Asia hari ini.

Kemungkinannya, FOMC akan mengambil pendekatan yang diseimbangkan; penurunan pertumbuhan dan inflasi selama kuartal pertama akan disorot, tapi optimisme juga akan diungkapkan lewat dot plot suku bunga yang berpeluang semakin meningkat di paruh kedua tahun ini.

Jika benar demikian, divergensi antara suku bunga bank sentral AS dengan bank sentral negara G-7 lainnya akan memuncak akhir tahun ini, atau awal tahun 2020.

Sementara itu, volatilitas 3-bulanan USD/JPY senantiasa tertahan, mengingat pair tersebut belum mampu keluar dari level 111.00 dalam 10 sesi trading terakhir. Menurut ACY, situasi ini tidak mengindikasikan arah pergerakan yang jelas, tapi outlook downside lebih terlihat daripada kebalikannya.

Dolar Australia diperdagangkan kembali di atas 0.7100 pada sesi Asia hari ini, seiring dengan menguatnya harga bijih besi yang mampu mendukung pergerakan AUD/USD. Namun, penurunan Yield Obligasi domestik di area terendah 52 minggu, membuat ACY mengekspektasikan jika kenaikan AUD masih terbatas.

Di lain pihak, Sterling kemungkinan masih volatile menjelang rencana kesepakatan Brexit yang masih meramaikan isu pasar minggu ini.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229